-->

Translate

Sabtu, 02 Juni 2012

Rumah Adat Maluku



Jika anda memasuki satu desa atau kampung di Maluku, salah satu hal yang segera nampak menonjol adalah satu bangunan yang berbeda dengan kebanyakan rumah penduduknya. Bangunan ini biasanya berukuran lebih besar, dibangun dengan bahan-bahan yang lebih baik, dan dihias dengan lebih banyak ornamen. Karena itu, bangunan tersebut biasanya sekaligus juga merupakan marka utama (landmark) kampung atau desa yang bersangkutan, selain mesjid atau gereja.Bangunan itu adalah rumah adat yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan benda-benda suci, tempat upacara adat, sekaligus tempat seluruh warga berkumpul membahas masalah-masalah yang mereka hadapi. Di Maluku, disebut sebagai “Baileo”, secara harafiah memang berarti “balai”. Baileo Maluku menggunakan istilah “baileo” sebagai namanya, karena memang dimaksudkan sebagai “balai bersama” organisasi rakyat dan masyarakat adat setempat untuk membahas berbagai masalah yang mereka hadapi dan mengupayakan pemecahannya.
Baileo merupakan salah satu rumah adat asal Maluku
Batu Pamali, sebuah batu besar tempat meletakkan sesaji di muka pintu sebuah bangunan di Maluku merupakan tanda bahwa bangunan tersebut adalah Balai Adat. Baileu atau Balai Adat inilah yang menjadi bangunan induk Anjungan. Sembilan tiang di bagian depan dan belakang, serta lima tiang di sisi kiri dan kanan merupakan lambang Siwa Lima, simbol persekutuan desa-desa di Maluku yang telah ada sejak berabad-abad yang lalu.
dalam memperkenalkan daerahnya menampilkan bangunan Bailem dan rumah Latu atau rumah raja. Bertindak sebagai sreitek adalah Kepala adat di seluruh daerah Maluku, dan dibangun pada tahun 1974 dan diresmikan penggunaannya pada tanggal 17 April 1975. Bangunan Bailem ini merupakan satu-satunya bangunan peninggalan yang menggambarkan kebudayaan siwa-lima, karena itulah dipilih sebagai bangunan yang dapat mewakili daerah propinsi Maluku. Di samping kedua bangunan tradisional tersebut, anjungan Maluku dilengkapi dengan dua buah patung pahlawan wanita Martha Christina Tiahahu dan patung pahlawan Pattimura atau Thomas Matulessy, sebuah kolam yang menggambarkan kebon laut Maluku, dan patung proses pengolahan sagu.
Bangunan bailem sebagai bangunan induk aslinya tidak berdinding dan merupakan rumah panggung, yakni lantainya tinggi di atas permukaan tanah. Adapula bailem yang lantainya di atas batu semen dan bailen yang lantainya rata dengan tanah. Di antara ketiga macam bailen ini yang paling lazim dan paling khas adalah yang lantainya dibangun di atas tiang. Jumlah tiangnya melambangkan jumlah klen-klen yang ada di desa tersebut. Bailen ini tidak berdinding mengandung maksud roh-roh nenek moyang mereka bebas masuk keluar bangunan tersebut. Sedang lantai bailen dibuat tinggi dimaksudkan agar kedudukan tempat bersemayam roh-roh nenek moyang tersebut lebih tinggi dari tempat berdiri rakyat di desa itu. Selain rakyat akan mengetahui bahwa permusyawaratan berlangsung dari luar ke dalam dan dari bawah ke atas.
Di depan bailen di dekat pintu masuk dan beilen terdapat pamali yang berfungsi sebagai tempat persembahan dan bilik pamali sebagai tempat penyimpanan atau tempat meletakkan barang-barang yagn dianggap suci pada saat diadakan upacara. Bentuk bailen yang ada di Taman Mini Indonesia Indah adalah bentuk bailen yang terakhir atau yang baru yang melambngkan persatuan atau persekutuan antara dua klen besar di Maluku yaitu Pata Siwa dan Pata Lima. Hal ini melambangkan jumlah pada tiang bailen di bagian muka dan belakang berjumlah 9 yang sama dengan siswa dan samping kiri dan kanan berjumlah 5 yang sama dengan lima. Akhir kata siwa lima mampunyai arti baru yaitu: Kita semua punya dan menjadi lambang persatuan daerah Maluku.
Fungsi dari Bailen adalah untuk tempat bermusyawarah dan pertemuan rakyat dengan dewan rakyat seperti saniri negeri, Dewan adat dan lain-lain. Jadi sistem demokrasi sudah dikenal oleh rakyat lima-siwa sejak dulu. Yang boleh disimpan dalam bailen berupa benda-benda yang dianggap suci dan ada hubungan dengan upacara adat. Selain itu juga terdapat satu buah atau musyawarah antara rakyat dan saniri neheri dan tua-tua adat.
Di anjungan Maluku, Bailen berfungsi sebagai tempat pameran dan peragaan berbagai barang dari aspek budaya Maluku. Di antaranya dapat dilihat berbagai pakaian daerah yaitu pakaian dari Maluku Utara, pakaian pengantin Maluku Tengah yaitu pakaian Pono, pakaian Sanikin yaitu pakaian pengantin Maluku Tenggara, pakaian sehari-hari yang disebut baju cele, kebaya putih untuk pertemuan, celana Makasar untuk pria Maluku Tengah dan lain-lain. Kemudian senjata tradisional seperti parang dan sala-waktu yaitu perisai, tombak, panah dan pandan, dari pelepah sagu dan lain-lain, dan yang khas adalah kerajinan dari cengkeh berupa perahu dan benda-benda lainnya.
Di bagian lain dapat disaksikan diorama tentang keindahan alam, deretan dengan berjenis-jenis tumbuhan dokombinasikan dengan fauna seperti Cenderawasih, kausari, soa-soa dan kuskus. Keindahan lautan Maluku dipamerkan dengan berjenis-jenis kerang, beraneka ragam tumbuhan laut dan dilengkapi dengan bentuk-bentuk perahu seperti krumbai, perahu semang, alat penagkap ikan contoh rakit untuk proses peternakan mutiara dilakukan di Maluku Tenggara dilengkapi dengan inti mutiara.
Pada bangunan Bailen terdapat hiasan yang menggambarkan dua ekor ayam berhadapan, dan diapit oleh dua ekor anjing di sebelah kiri kanan. Hiasan ini terdapat di ambang pintu yang mengandung toh nenek moyang. Jadi hiasan ii mempunyai arti lambang kedamaian dan kesentosaan, karena kehidupan dijaga oleh roh nenek moyang. Kemudian di bawah plang atap terdapt bulan, bintang dan matahari dengan warna merah-kuning dan hitam. Hiasan ini merupakan lambang kesiap-siagaan balai adat dalam menjaga kutuhan adat beserta hukum adatnya.
Bangunan kedua adalah rumah Raja atau rumah latu, yaitu rumah kepala desa yang merupakan bangunan yang termasuk dan terindah di desa, dan dibangun secara gotong royong. Bangunan dengan bentuk segi empat, mempunyai serambi yang berfungsi untuk menerima tamu, ruangan tengah untuk menerima tamu wanita, sedangkan kamar-kamar untu tempat tidur dam ruang belakang sebagai tempat makan, duduk-duduk dan dapur tempat memasak. Bahan sebagian besar dari gaba-gaba. Di anjungan rumah latu sebagai kantor anjungan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar