-->

Translate

Jumat, 29 Juni 2012

Sumatera Selatan


Palembang


Sumatera Selatan adalah salah satu provinsi Indonesia yang terletak di bagian selatan Pulau Sumatera. Provinsi ini beribukota di Palembang. Secara geografis provinsi Sumatera Selatan berbatasan dengan provinsi Jambi di utara, provinsi Kep. Bangka-Belitung di timur, provinsi Lampung di selatan dan Provinsi Bengkulu di barat. Provinsi ini kaya akan sumber daya alam, seperti minyak bumi, gas alam dan batu bara. Selain itu ibu kota provinsi Sumatera Selatan, Palembang, telah terkenal sejak dahulu karena menjadi pusat Kerajaan Sriwijaya.


Provinsi Sumatera Selatan sejak berabad yang lalu dikenal juga dengan sebutan Bumi Sriwijaya; pada abad ke-7 hingga abad ke-12 Masehi wilayah ini merupakan pusat kerajaan Sriwijaya yang juga terkenal dengan kerajaan maritim terbesar dan terkuat di Nusantara. Gaung dan pengaruhnya bahkan sampai ke Madagaskar di Benua Afrika.
Sejak abad ke-13 sampai abad ke-14, wilayah ini berada di bawah kekuasaan Majapahit. Selanjutnya wilayah ini pernah menjadi daerah tak bertuan dan bersarangnya bajak laut dari Mancanegara terutama dari negeri China.
Pada awal abad ke-15 berdirilah Kesultanan Palembang yang berkuasa sampai datangnya Kolonialisme Barat, lalu disusul oleh Jepang. Ketika masih berjaya, kerajaan Sriwijaya juga menjadikan Palembang sebagai Kota Kerajaan.
Menurut Prasasti Kedukan Bukit yang ditemukan pada 1926 menyebutkan, pemukiman yang bernama Sriwijaya itu didirikan pada tanggal 17 Juni 683 Masehi. Tanggal tersebut kemudian menjadi hari jadi Kota Palembang yang diperingati setiap tahunnya.

 Palembang

Kota Palembang adalah ibu kota provinsi Sumatera Selatan. Palembang merupakan kota terbesar kedua di Sumatera setelah Medan.

Sejarah Palembang yang pernah menjadi ibukota kerajaan bahari Buddha terbesar di Asia Tenggara pada saat itu, Kerajaan Sriwijaya, yang mendominasi Nusantara dan Semenanjung Malaya pada abad ke-9 juga membuat kota ini dikenal dengan julukan "Bumi Sriwijaya". Berdasarkan prasasti Kedukan Bukit yang ditemukan di Bukit Siguntang sebelah barat Kota Palembang, yang menyatakan pembentukan sebuah wanua yang ditafsirkan sebagai kota pada tanggal 16 Juni 682 Masehi, menjadikan kota Palembang sebagai kota tertua di Indonesia. Di dunia Barat, kota Palembang juga dijuluki Venice of the East("Venesia dari Timur").
































 
Gunung Dempo (3159 mdpl) terletak di perbatasan provinsi Sumatera Selatan dan provinsi Bengkulu. Untuk mencapai desa terdekat, terlebih dahulu anda harus mencapai kota Pagar Alam, kurang lebih 7 jam perjalanan darat dari Palembang. Dari ibukota Sumatera Selatan ini tersedia banyak bus ke arah Pagar Alam. Atau apabila anda dari Jakarta, sebelumnya dapat menumpang bus jurusan Bengkulu atau Padang, dan turun di Lahat.
Kota Pagar Alam, memang sesuai dengan namanya, kota ini jelas dikelilingi oleh pegunungan Bukit Barisan dan yang tertinggi dari barisan tersebut adalah Gunung Dempo. Gunung ini sangat indah menjulang tegak menggapai langit nan biru apabila dilihat pada pagi hari.
Oleh karena itu sangat tepat bila bermalam dulu di kota ini, disini banyak tersedia losmen atau motel, berkisar Rp. 20.000 semalam. Budaya kota yang sudah berbaur dari berbagai suku baik pendatang maupun asli menciptakan kedamaian yang anda tidak peroleh di kota-kota besar.
Dari terminal Pagar Alam, terlebih dulu mencarter mobil/taksi untuk jurusan Pabrik Teh PTPN III yang jaraknya mencapai 15 km dari terminal. Di pabrik ini ada baiknya anda berkenalan dengan seseorang yang biasa dipanggil pak Anton, beliau termasuk yang dituakan oleh para pencinta alam seantero Sumsel-Lampung. Dengan meminta bantuannya, mobil carteran akan membawa anda ke desa terdekat dari kaki gunung Dempo, yang dapat memakan waktu lebih dari 20 menit, karena jalannya cukup terjal, berkelok dengan melewati hamparan kebun teh nan hijau.
Jalur menuju ke puncak gunung inipun sudah sangat jelas dan bahkan di hari-hari biasa pun banyak orang desa yang sengaja naik ke puncak baik itu untuk mencari kayu ataupun sekedar berhiking.


Kebun Teh di Gunung Dempo

Meski gunung ini cukup tinggi, tetapi air jernih yang ada terdapat sampai setengah perjalanan ke gunung ini sehingga para pendaki tidak perlu khawatir kehabisan air minum selama perjalanan. Sebuah sungai kecil yang jernih, mengalir di perbatasan hutan pertanda kita mulai memasuki daerah hutan yang ditumbuhi dengan tumbuhan yang mirip seperti yang kita dapati di gunung Gede-Pangrango, yaitu hutan montana. Jalan setapak penuh dengan akar-akar yang melintang, kemiringan lereng sendiri cukup curam untuk memeras keringat.

Tidak ada tanda-tanda khusus, keadaan hutan ini hampir homogen dan sangat hening.
Empat atau lima jam kemudian, kita akan memasuki daerah dengan vegetasi tumbuhan berpohon rendah dan semakin rendah, beberapa daerah agak terbuka, pandangan pun menjadi luas. Gunung Dempo memiliki dua puncak yang satunya bernama Puncak Api. Menjelang puncak pertama Dempo yang merupakan dataran masif, Puncak pertama ditumbuhi tanaman yang rendah mirip perdu. Dari puncak pertama ini kita turun kembali ke lembah yang diapit oleh puncak pertama dan puncak utama. Dilembah ini terdapat sebuah sumber mata air mengalir di sini. Hanya airnya yang jernih ini sedikit kecut rasanya, mungkin pengaruh rembesan belerang.
Pendakian kepuncak utama tidak terlalu sulit. Lerengnya terdiri dari kerikil dan batu-batu dengan kemitingan lereng sekitar 40°, cukup stabil untuk didaki. Puncak utama gunung Dempo (3158 m), Merupakan kawah gunung berapi yang masih bergejolak dengan diameter sekitar seratus meter persegi. Dinding kawah cukup terjal dan tidak mungkin bisa dituruni tanpa batuan tali temali. Pemandangan dari puncak cukup mengasyikan. Selain kawah yang memberikan kesan khusus, tampak juga terhamparan provinsi Bengkulu dengan Lautan Hindia dengan hamparan lembah yang sunyi dan hening. Perjalanan turun hanya memakan waktu dua jam. Bila kemalaman anda bisa menginap di Dusuun VI, dengan terlebih dahulu minta izin kepala keamanan di sana.

 Situs Pagaralam (Megalitikum)
Sebanyak 67 situs megalitikum di Kota Pagaralam, Sumatera Selatan, didaftarkan ke Unesco sebagai benda warisan budaya (heritage). Situs-situs yang meliputi arca manusia, arca manusia dililit ular, rumah batu, dan dolmen, tersebar di berbagai lokasi, di antaranya Tegur Wangi Lama, Tanjung Aro, dan Mingkik. Situs Pagaralam Resmi Terdaftar di UNESCO
Tegur Wangi Lama merupakan situs megalitikum terbesar yang terdiri dari sejumlah arca batu, bilik batu, dan dolmen. Peninggalan-peninggalan megalitikum yang terdapat di ladang sayur warga itu telah dilindungi dan dipelihara oleh para juru pelihara di bawah koordinasi Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jambi.
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Pagaralam Sukaemi mengatakan, pengajuan kepada Unesco telah dilakukan sekitar tiga bulan lalu. Dengan pemberian status heritage oleh Unesco diharapkan dapat meningkatkan pemeliharaan dan perlindungan terhadap peninggalan-peninggalan yang diperkirakan berusia sekitar 1.000-1.400 tahun lalu itu.

Status heritage juga diharapkan dapat menjadi sejenis promosi akan kekayaan peninggalan budaya megalitikum di Pagaralam, sehingga mampu menarik pariwisata di kawasan tersebut. "Dengan hidupnya pariwisata diharapkan dapat menggerakkan ekonomi masyarakat juga," kata Sukemi, di tengah ekskavasi tempayan kubur di Desa Jangkarmas, Pagaralam, Sabtu (19/5/2012).
Ketua Tim Arkeologi Megalitikum Balai Arkeologi Palembang Kristantina Indriastuti mengatakan, Pagaralam dan Kabupaten Lahat merupakan pusat peradaban megalitikum di Sumatera Selatan. Temuan-temuan di kawasan yang disebut Basemah itu termasuk lengkap dengan kondisi relatif cukup baik.
Sejak beberapa tahun terakhir, tim arkeologi dari Balar Palembang telah melakukan ekskavasi dan penelitian secara rutin di situs-situs megalitikum di kawasan tersebut. Tahun ini, penelitian dilakukan 10-21 Mei.
Sebanyak 12 peninggalan megalitikum didata. Salah satunya temuan baru berupa pahatan wajah di dinding tebing air terjun di Kelurahan Muara Siban, Pagaralam. Saat ini telah terdata sedikitnya 67 peninggalan megalitikum Kota Pagaralam dan sekitar 364 peninggalan megalitum di Kabupaten Lahat.
Terkait arca-arca tanpa kepala, Koordinator Juru Pelihara BP3 Jambi Akhmad Rivai mengatakan, kondisi arca tersebut telah tanpa kepala sejak puluhan tahun lalu. Tanda-tanda di lokasi mengindikasikan tindakan yang diduga telah dilakukan puluhan tahun lalu itu disengaja.
"Sejak ditemukan puluhan tahun lalu, kondisinya memang sudah seperti itu. Masyarakat sekarang justru sadar untuk melindungi dan menjaga penemuan-penemuan megalitikum," ujarnya.
Menurut Rivai, akan dilakukan konservasi dan pemasangan kembali kepala-kepala pada arca-arca tanpa kepala tersebut. Sebagian kepala arca itu ditemukan tak jauh dari tubuh arca sehingga pemasangan dapat dilakukan.
Rivai mengatakan, hingga saat ini sebagian besar situs megalitikum yang telah terdata dirawat dan dijaga oleh juru pelihara. Pemantauan kondisi arca terus dilakukan secara berkala.


Senin, 25 Juni 2012

Daftar Binatang Langka Indonesia

Daftar binatang langka di Indonesia semakin panjang. Binatang (hewan) langka merupakan spesies yang memiliki resiko akan punah baik punah di alam liar (extinct in the wild) ataupun sepenuhnya punah (extinct). Hewan-hewan dinyatakan langka berdasarkan rasio jumlah spesies (populasi) dan berdasarkan daerah persebaran (habitat). Di Indonesia, binatang-binatang langka semakin banyak.

Hewan (binatang) ini menjadi langka dan terancam kepunahan akibat perubahan kondisi alam, hewan pemangsa dan juga akibat perburuan yang dilakukan manusia.

Daftar Nama Binatang Paling Langka. Berikut daftar binatang dari kelas mamalia yang paling langka di Indonesia berdasarkan jumlah spesies (populasi) dan status konservasi yang diberikan oleh IUCN Redlist sebagai critically endangered (kritis).

Badak Jawa (Rhinocerus sondaicus). Binatang endemik pulau Jawa dan hanya terdapat di TN. Ujung Kulon ini merupakan binatang paling langka di dunia dengan jumlah populasi hanya 20-27 ekor.

Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis). Populasi badak sumatera hanya 220-275 ekor (2007), bahkan menurutInternational Rhino Foundation(Virginia) diperkirakan populasi badak sumatera tidak mencapai 200 ekor (2010).
Macan Tutul Jawa atau Macan Kumbang (Panthera pardus melas). Subspesies ini populasinya kurang dari 250 ekor.

Rusa Bawean (Axis kuhlii) Binatang langka endemik pulau Bawean dengan populasi antara 250-300 ekor (2006).
Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae). Subspesies harimau ini populasinya tinggal 400-500 ekor.
Beruk Mentawai (Macaca pagensis). Satwa endemik dan langka dari Kepulauan Mentawai, populasinya antara 2.100-3.700 ekor.

Orangutan Sumatera (Pongo abelii). Binatang langka ini populasinya sekitar 7.300 ekor (2004).
Simpei Mentawai (Simias concolor). Endemik Kepulauan Mentawai. Populasi 6.000-15.500 ekor (2006).

Kanguru Pohon Mantel Emas . Endemik Papua, populasinya N/A.
Kanguru Pohon Mbaiso atau Dingiso (Dendrolagus mbaiso). Endemik Papua Indonesia
Kera Hitam Sulawesi (Macaca nigra). Kera langka dari Maluku dan Sulawesi dengan populasi sekitar 100.000 ekor.


Binatang Langka Lainnya. Selain 11 binatang paling langka di Indonesia di atas, masih terdapat hewan-hewan langka lainnya yang oleh IUCN Redlist dimasukan dalam status konservasi “endangered” (terancam punah), satu tingkat di bawah kategori “critically endangered”. Binatang-binatang tersebut antara lain (diurutkan berdasarkan abjad nama Indonesia):
Anoa Dataran Rendah (Bubalus depressicornis)
Anoa Pegunungan (Bubalus quarlesi)
Ajag (Cuon alpinus)
Banteng (Bos javanicus)
Bekantan (Nasalis larvatus)
Gajah Sumatera (Elephant maximus sumatranus)
Gibbon Kalimantan (Hylobates muelleri)
Gibbon Kalimantan White-bearded Gibbon (Hylobates agilis)
Kambing Hutan Sumatera (Capricornis sumatraensis sumatraensis)
Kanguru Pohon Goodfellow (Dendrolagus goodfellowi)
Kucing Merah (Pardofelis badia)
Kukang Jawa (Nycticebus javanicus)
Kuskus (Phalanger alexandrae)
Lutra Sumatra (Lutra sumatrana)
Macan Dahan Kalimantan (Neofelis diardi borneensis)
Macan Dahan Sumatera (Neofelis diardi diardi)
Monyet Sulawesi (Macaca maura)
Musang Air (Cynogale bennettii)
Orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus)
Owa Jawa (Hylobates moloch)
Paus Bersirip (Balaenoptera physalus)
Paus Biru (Balaenoptera musculus)
Siamang (Hylobates klossii)
Siamang (Symphalangus syndactylus)
Tapir Asia (Tapirus indicus)
Trenggiling (Manis javanica)
Ungko (Hylobates agilis)
Wau-wau (Hylobates lar)


Daftar binatang langka Indonesia di atas saya batasi hanya satwa dari kelas mamalia, untuk daftar binatang langka dari kelas aves (burung) silahkan membaca artikel saya berjudul Daftar Burung Langka Di Indonesia. Sedangkan untuk daftar flora atau tanaman yang terancam punah, baca artikel: Daftar Tumbuhan Langka.

Informasi lebih lengkap tentang masing-masing spesies dari dalam binatang langka di Indonesia dapat dibaca dengan meng-klik tautan (link) yang tersedia atau dapat dicari di halaman.

Sumatera Barat




Kota Padang adalah kota terbesar di pesisir barat pulau Sumatera dan merupakan ibu kota provinsi Sumatera Barat, Indonesia.
Sejak masa kolonial Hindia-Belanda, kota Padang telah menjadi pelabuhan utama dalam perdagangan emas, teh, kopi, dan rempah-rempah. Memasuki abad ke-20, ekspor batu bara dan semen mulai dilakukan melalui pelabuhan Teluk Bayur.
Nama kota ini menjadi asal sebutan lain untuk kelompok etnik Minangkabau, dan juga digunakan untuk menyebut masakan khas mereka yang pada umumnya dikenal dengan nama Masakan Padang.
Saat ini kota Padang menjadi pusat perekonomian karena memiliki pendapatan per kapita tertinggi di Sumatera Barat, serta juga menjadi pusat pendidikan dan kesehatan, disebabkan jumlah perguruan tinggi dan fasilitas kesehatan yang ada di kota ini, dibandingkan kota-kota lain di Sumatera Barat.



Lembah Harau

Pesona lembah sempit atau yang lebih dikenal dengan nama Lembah Harau, memang tiada duanya. Seperti cerita dongeng saja, semua keindahannya terpampang nyata di depan mata Anda. Luar biasa...!!! Demikian ungkapan yang terlontar bila Anda baru kali pertama mengunjungi Lembah Harau.


Lembah Harau merupakan salah satu obyek wisata yang terdapat di provinsi Sumatera Barat. Lembah Harau terletak di Kabupaten Lima Puluh Koto, sekitar 15 kilometer dari Payakumbuh atau 47 km timur laut Bukittinggi, Sumatra Barat. Lokasi ini mudah dijangkau dengan kendaraan umum.
Obyek Wisata di Lembah Harau ini berupa tebing-tebing terjal yang kemiringannya hampir 90 derjat dengan permukaan tanah atau mungkin ada yang 90 derjat. Selama perjalanan, kita dapat menjumpai tebing - tebing granit unik yang menjulang antara 80 sampai 300 meter, serta kita akan menemukan jurang besar dengan diameter mencapai 400 meter. Pasti...kita akan menemukan banyak keindahan yang memukau sepanjang jalan.
Dinding batu alam seperti Lembah Harau memang sangat jarang ditemukan di dunia. Banyak orang yang suka membanding-bandingkan Lembah Harau dengan Grand Canyon di Amerika Serikat. Padahal dua lokasi wisata ini memiliki perbedaan yang jauh. Walaupun sama-sama memiliki keajaiban alam yang mirip, tapi Grand Canyon tidak punya lembah datar yang dihiasi persawahan.

Memasuki objek wisata yang berlokasi di Kabupaten 50 Kota, Sumatera Barat, kita seakan dibawa ke dunia lain yang sungguh memukau. Di dasar tebing, bentangan sawah dan pepohonan hijau lagi rimbun membuat pesona Lembah Harau makin memukau. Padi menguning di antara dua tebing. Plus udara yang segar dan alamnya yang damai.., membuat siapa saja yang berkunjung akan semakin terpesona. Indah untuk dilukiskan...
Lembah Harau ini juga terbagi 2 daerah wisatanya yaitu Sarasah Bunta dan Aka Barayun. Di Sarasah Bunta terdapat 5 buah air terjun, dan di Aka Barayun cuman ada 1 air terjun. Air Terjun di Lembah Harau ini sangat jernih dan dingin, dan juga ada ikan-ikan kecil. Untuk air terjun di Aka Barayun sudah berupa kolam, dengan air yang bening sehingga jika kita tidak ikut "nyemplung" atau minimal merendamkan kaki dan berenang, kita akan rugi. Betapa nyaman dan sejuknya perasaan berlama-lama berada disekitar air terjun yang masih sangat alami ini...hmmm...SO FRESH....


Sedangkan yang di Sarasah Bunta penampungan air terjunnya masih alami sehingga bermain di air terjunnya jadi lebih asyik.Jika merasa bosan dengan air terjun doank, sebaiknya memilih lokasi ke Akar Berayun karena disana fasilitas lebih lengkap dan disana juga sudah dilengkapi oleh Cottage/Resort.

Kedua mata kita tidak akan beranjak dan bergeming memandangi keindahan dan keagungan ciptaan Allah ini. Sungguh. serasa kecil kita ini di hadapan ciptaanNya yang Maha Besar. Air terjunnya, luar biasa tinggi dan indah. Tak ingin rasanya kaki beranjak pulang meninggalkan air terjun ini.





Danau Maninjau 

Danau Maninjau adalah sebuah danau vulkanik yang terletak di Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam, Provinsi Sumatra Barat, Indonesia. Danau dengan luas sekitar 99,5 km2 dengan kedalaman mencapai 495 meter ini merupakan danau terluas kesebelas di Indonesia, dan terluas kedua di Sumatra Barat setelah Danau Singkarak yang memiliki luas 129,69 km² yang berada di dua kabupaten yaitu Kabupaten Tanah Datar dan Kabupaten Solok.

Asal Usul Danau Maninjau

Alkisah, di sebuah desa di daerah Sumatera Barat hiduplah 10 orang bersaudara. 9 diantaranya adalah laki-laki yang sering disebut Bujang Sambilan. Sedangkan yang paling bungsu adalah seorang perempuan bernama Siti Ransani yang sering dipanggil Sani. Mereka semua adalah anak yatim piatu. Walaupun begitu mereka merupakan tanggung jawab dari “mamak” mereka. Suatu hari, Mamak mereka datang ke rumah mereka dengan membawa anaknya,Giran. Sejak pertama kali Giran dan Sani bertemu, mereka langsung jatuh cinta pada pandangan pertama. Setelah pertemuan itu merekapun sering bertemu. Dan akhirnya Giran pun menyatakan perasaan cintanya kepada Sani. Dan Sani pun merasakan hal yang sama hingga akhirnya mereka berduapun berpacaran.

Suatu hari di adakan pertunjukkan pencak silat yang diadakan di Balai Desa. Semua orang berbondong-bondong ke Balai Desa untuk menyaksikannya. Pertandingan awal dimulai dengan pertandingan antara kakak sulung Sani, Kukuban, melawan pesilat dari kampung sebelah. Pertandingan berjalan seru dan akhirnya

Kukuban meraih kemenangan. Di pertandingan selanjutnya Kukuban terus menampakkan ketangguhannya. Semua pesilat tidak ada yang menang melawan Kukuban. Hingga akhirnya Kukuban harus melawan Giran. Mereka berdua merupakan pesilat yang tangguh. Tetapi, beberapa saat kemudian Kukuban menerima serangan yang tiada henti dari Giran dan akhirnya Giran pun menang. Kukuban pun harus menerima kekalahannya di sertai dengan kaki kirinya yang patah.


Beberapa bulan kemuadian, Mamak dan Giran datang ke rumah Sani untuk melamar Sani. 8 kakak Sani sudah setuju, namun Kukuban tidak. Ia masih merasa dendam atas kekalahannya dari Giran. Dan ia pun tidak menerima lamaran Giran. Sani yang mendengar hal itu pun merasa sedih. Lalu Giran dan Sani berencana untuk bertemu.mereka pun bertemu di pinggir sungai. Tiba-tiba paha Sani terkena duri, Giran pun dengan cepat mengobatinya.

Tanpa mereka sadari, banyak warga yang mengawasi tindak tanduk mereka dari tadi. Warga pun mengira mereka berdua telah melakukan hal yang tidak pantas dilakukan oleh orang yang belum menikah. Mereka berdua pun langsung diadili di Balai Adat. Dan mereka harus dihukum dengan dibuang ke Gunung Tinjau yang konon katanya untuk membuang sial.Mereka pun beramai-ramai mengantar Giran dan Sani ke kawah Gunung Tinjau. Sesampainya di sana, Giran pun berdoa, “ Kalau kami memang salah maka badan kami akan hancur di kawah gunung ini. Tapi jika kami tidak bersalah, seluruh isi kawah ini akan hancur dan Bujang Sambilan akan berubah menjadi ikan. Kabulkanlah doa hamba ini ya Tuhan.” Lalu Giran dan Sani pun melompat ke kawah itu. Semua orang yang menyaksikan merasa tegang menanti apa yang akan terjadi. Tiba-tiba seluruh isi kawah itu keluar menghancurkan semuanya. Semua orang yang ada di sana tidak dapat menyelamatkan diri. Bujang Sambilan pun berubah menjadi ikan seketika.


Konon, letusan Gunung Tinjau itu menyisakan kawah yang luas dan lama-kelamaan berubah menjadi danau. Oleh masyarakat sekitar, nama gunung itu kemudian diabadikan menjadi nama danau, yakni Danau Maninjau. Sementara nama-nama tokoh yang terlibat dalam peristiwa itu diabadikan menjadi nama nagari di sekitar Danau Maninjau, seperti Tanjung Sani, Sikudun, Bayua, Koto Malintang, Koto Kaciak, Sigalapuang, Balok, Kukuban, dan Sungai Batang. Itulah asal muasal terjadinya Danau Maninjau yang berada di Sumatera Barat.
Sebagai daerah yang terletak pada posisi yang strategis dalam wilayah propinsi Sumatera Barat, Danau Maninjau banyak menyimpan berbagai potensi keindahan alam dan budaya, Natural and freshly, serta kegiatan seni dan budaya yang unik dan menarik merupakan salah satu yang dapat dibanggakan apalagi didukung oleh kultur masyarakat orang Agam yang ramah-ramah.  Kerajinan rakyat dan hasil berbagai kelompok yang bersifat kerajinan tradisional yang masih memakai hand made (buatan tangan) baik tenun bordir, sulaman, pandai besi, perak, emas secara apik dan indahnya bukan main yang secara turun temurun dikerjakan oleh anak nagari.

Saat ini, objek wisata yang paling banyak dikunjungi wisatawan domestik maupun mancanegara adalah Puncak Lawang yang berada di atas ketinggian ± 1.210 m diatas permukaan laut. Pada zaman penjajahan Belanda. Puncak Lawang sudah dijadikan sebagai tempat peristirahatan bagi kaum bangasawan Belanda saat itu. Dari sini kita dapat menikmati kawasan Danau Maninjau dan juga Samudra Indonesia. Dan disebabkan tempatnya yang berada di atas ketinggian serta pemandangannya yang begitu memukau, maka saat ini kawasan Puncak Lawang dikembangkan sebagai lokasi Take Off Olah Raga Dirgantara Paralayang (Paragliding). Sambil melayang-layang bebas di udara dan menjelang mendarat di Bayur, tepian Danau Maninjau, dari udara kita dapat menikmati keindahan Danau Maninjau yang tiada duanya di dunia ini.
Tidak jauh dari Puncak Lawang, anda juga bisa menikmati panorama yang indah dari Embun Pagi. Disini, sesuai dengan namanya, suasananya selalu bagaikan kita berada di pagi hari. Sejuk dan nyaman. Objek wisata Embun Pagi, terletak tidak seberapa jauh dari objek wisata danau Maninjau dan juga berada pada ketinggian sekitar ± 1.000 M dari permukaan laut, dan memberikan kebebasan pada Anda untuk melayangkan pandangan menikmati keindahan alam sekitarnya. Dari Embun pagi ini, bila anda turun menuju Danau Maninjau dengan kendaraan pribadi atau bus umum, maka anda akan melewati kawasan Kelok Ampek Puluah Ampek. Kawasan ini diberi nama Kelok Ampek Puluah Ampek, dalam bahasa Indonesianya tikungan 44, karena memang menjelang kita sampai di Danau Maninjau, kita akan melalui tikungan tajam sebanyak 44 kali. Pada tiap tikungan yang tajam itu, selalu diberi tanda sudah berapa tikungan yang kita lewati, dan semua tikungan itu berjumlah 44 buah.

Selain tempat-tempat wisata di atas, tak lengkap rasanya jika anda tidak mengunjungi sebuah kolam yang memiliki air dengan tiga rasa ini, yaitu manis, asam dan pahit. Tempat wisata ini dikenal dengan nama Air Tigo Raso. Kolam air Tigo Raso yang terletak di Kota Malintang ini, diyakini oleh masyarakat setempat memiliki kekuatan gaib. Masyarakat mempercayai bahwa airnya dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit kulit. Dan yang utama, air ini diyakini bisa membuat Anda awet muda.

Rumah Gadang

Rumah Gadang atau Rumah Godang adalah nama untuk rumah adat Minangkabau yang merupakan rumah tradisional dan banyak di jumpai di provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Rumah ini juga disebut dengan nama lain oleh masyarakat setempat dengan nama Rumah Bagonjong atau ada juga yang menyebut dengan nama Rumah Baanjung..
Rumah dengan model ini juga banyak dijumpai di Negeri Sembilan, Malaysia. Namun demikian tidak semua kawasan di Minangkabau (darek) yang boleh didirikan rumah adat ini, hanya pada kawasan yang sudah memiliki status sebagai nagari saja Rumah Gadang ini boleh didirikan. Begitu juga pada kawasan yang disebut dengan rantau, rumah adat ini juga dahulunya tidak ada yang didirikan oleh para perantau Minangkabau.















Talempong

Talempong merupakan alat musik tradisional yang berasal dari Minangkabau Sumatera Barat. Alat musik tersebut termasuk dalam alat musik pukul seperti halnya Gamelan yang ada di Jawa. Bahkan bentuknya pun juga hampir sama dengan Gamelan. Saat ini Talempong yang ada dimasyarakat kebanyakan terbuat dari kuningan meskipun masih ada juga Talempong yang terbuat dari kayu maupun batu.  Talempong biasanya berbentuk lingkaran dengan diameter 15 sampai 17,5 sentimeter, pada bagian bawahnya berlubang sedangkan pada bagian atasnya terdapat bundaran yang menonjol berdiameter lima sentimeter sebagai tempat untuk dipukul.


SEJARAH TABUIK

Tradisi budaya adalah ciri khas di dalam suatu daerah itu sendiri, di negara kita Indonesia banyak terlahir macam – macam budaya nan unik dan beragam. Setiap daerah dan setiap suku di Indonesia mempunyai tradisi yang berbeda di setiap tempatnya.
Di Padang Sumatra Barat terdapat tradisi yang biasa dilakukan atau diperingati oleh masyarakat Padang, yaitu tradisi Tabuik. Seperti di Bali kalau sudah memasuki bulan peringatan- peringatan pasti di daerah itu akan ramai dipadati masyarakat, begitu pula di daerah Padang Sumatra Barat, apabila sudah memasuki bulan tabuik yang jatuh pada tanggal 1-10 muharram, masyarakat biasanya beramai – ramai memenuhi tempat pengadaan tabuik tersebut untuk menonton ritual yang sangat menarik ini dan hanya terjadi setahun sekali.
Ritual tabuik diperingati untuk mengenang Hasan dan Husein, Hasan dan Husein adalah cucu nabi Muhammad SAW yang berperang melawan kaum yahudi di padang karbala, sampai – sampai kepalanya terpenggal dan meninggal, kepala yang terpenggal dan jatuh ketanah di tendang- tendang layaknya permainan bukan melainkan organ tubuh manusia. Dan konon dari situlah sejarah permainan sepak bola yang sampai saat ini menjadi salah satu permainan olahraga yang sangat digemari oleh kebanyakan kaum lelaki.
Sebenarnya tradisi ini berasal dari kaum Syiah di Irak, dan meluas keberbagai negara islam. Di Indonesia tidak hanya di peringati di Padang tetapi juga di Bengkulu, tapi cara dari masing – masing daerah berbeda.
Ritual tabuik ini biasa dikenal dengan ritual tolak bala, tabuik biasanya diadakan di pantai Gondoriah. Tabuik mempunyai bentuk kuda yang mempunyai kepala manusia (perempuan cantik) yang berambut panjang dan berbadan kuda bersayap seperti ‘Bouraq’ yang di percaya sebagai pembawa arwah dari Hasan dan Husein ke surga, dengan dua buah peti jenazah yang berumbul-umbul berbentuk payung mahkota. Tabuik mempunyai tinggi antara 10-15 meter.
pembuatan tabik tersebut melibatkan 2 desa, satu daerah pantai dan desa yang satu lagi di daratan. Mereka saling mengambil peralatan ketempat lawan dan tidak boleh dari daerah asal, peralatan itu adalah tanah untuk muka dan batang pisang untuk badan dari patung atau boneka itu. Dan cara pengambilan peralatan harus sembunyi- sembunyi dari lawan tidak boleh terlihat oleh lawan.
Puncak dari ritual Tabuik pada saat bertemunya Tabuik pasa dan Tabuik subarang. Kedua tabuik di arak dengan cacian dari kedua belah pihak dan dipertunjukan debus ala Padang serta musik tambur dan gendang tasa, dan ketika hari sudah petang Tabuik digotong ke arah pantai Gondoriah, dan menjelang matahari terbenam boneka tabuik itu dibuang ke dalam laut. Konon dari cerita masyarakat Padang, setelah tabuik dibuang ke laut, saat itulah kendaraan bouraq membawa segala arak-arakan terbang ke langit (surga).

Silek Harimau

Mid Djamal dalam bukunya tahun 1986 menyebutkan pendiri Silek adalah Datuak Suri Dirajodi Pariangan, Padang Panjang sekitar tahun 1119.  Ia dibantu beberapa rekannya yang datang dari luar negeri, yaitu Kambiang Utan (diduga dari Kamboja), Harimau Champo (diduga dari Champa), Kuciang Siam (diduga dari Siam atau Thailand), dan Anjiang Mualim (Diduga dari Persia).

Silek Harimau adalah seni bela diri yang berasal dari  Minangkabau. Gerakan silek menyerupai teknik dan filosofi harimau ketika menyerang mangsanya. Salah satu cirinya dapat dilihat melalui teknik tangan terbuka yang meniru cakar harimau.

Nama Minangkabau sendiri berasal dari dua kata, minang dan kabau. Kata ini mempresentasikan harga diri dan kelompok etnis matrilineal adat dataran tinggi di Sumatera Barat. Sebagai kelompok etnis matrilineal terbesar di dunia, anak lelaki masyarakat Minangkabau belajar bagaimana hidup di luar kampung halaman saat usianya cukup dewasa. Hal ini dikenal sebagai tradisi merantau yang bertujuan mencari kehidupan lebih baik sekaligus mendapatkan pengetahuan dan pengalaman. Masyarakat Minangkabau memegang nilai penting bagaimana cara melindungi diri dan tanah kelahiran mereka melalui ilmu bela diri ini.

Nama Minangkabau juga dikaitkan dengan suatu legenda khas Minang. Konon pada suatu masa ada kerajaan asing (diduga Majapahit) yang datang dari laut akan melakukan penaklukan. Untuk mencegah pertempuran, masyarakat setempat mengusulkan untuk mengadu kerbau. Pasukan asing tersebut menyetujui dan menyediakan seekor kerbau yang besar dan agresif sedangkan masyarakat setempat menyediakan seekor anak kerbau yang lapar yang dipasang pisau pada tanduknya.

Saat pertarungan, anak kerbau yang lapar tersebut menyangka kerbau besar itu induknya sehingga langsung berlari mencari susu sambil menanduk dan mencabik-cabik perut kerbau besar lewat pisau di tanduknya. Kemenangan itu menginspirasikan masyarakat setempat untuk memakai nama Minangkabau yang berasal dari kata 'Manangkabau' dan berarti ‘menangkerbau’. Nama Minangkabau juga digunakan untuk menyebut sebuah nagari, yaitu Nagari Minangkabau yang terletak di Kecamatan Sungayang, Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat.




Seni Tari

Secara keseluruhan seni tari Sumatera Barat berasal dari adat budaya etnis Minangkabau dan etnis Mentawai. Kekhasan seni tari Minangkabau umumnya dipengaruhi oleh agama islam, keunikan adat kebiasaan merantau masyarakatnya juga memberi pengaruh besar dalam jiwa sebuah tari tradisi yang bersifat klasik, diantaranya adalah:
 

Dalam bahasa Minangkabau disebut dengan Tari Piriang, disebut dengan tari piring karena para penari saat menari membawa piring.
Pada awalnya tari piring diciptakan untuk memberi persembahan kepada para dewa ketika memasuki masa panen, tapi setelah datangnya agama islam di Minangkabau tari piring tidak lagi untuk persembahan para dewa tapi ditujukan bagi majelis-majelis keramaian yang dihadiri oleh para raja atau para pembesar negeri. Tari piring juga dipakai dalam acara keramaian lain misalnya seperti pada acara pesta perkawinan.
Mengenai waktu kemunculan pertama kali tari piring ini belum diketahui pasti, tapi dipercaya bahwa tari piring telah ada di kepulaian melayu sejak lebih dari 800 tahun yang lalu. Tari piring juga dipercaya telah ada di Sumatra barat dan berkembang hingga pada zaman Sri Wijaya. Setelah kemunculan Majapahit pada abad ke 16 yang menjatuhkan Sri Wijaya, telah mendorong tari piring berkembang ke negeri-negeri melayu yang lain bersamaan dengan pelarian orang-orang sri wijaya saat itu. Pada Seni tari piring dapat dilakukan dalam berbagai cara atau versi, hal itu semua tergantung dimana tempat atau kampung. Namun tidak begitu banyak perbedaan dari Tari Piring yang dilakukan dari satu tempat dengan tempat yang lainnya, khususnya mengenai konsep, pendekatan dan gaya persembahan. Biasanya menjelang hari persembahan, para penari Tari Piring harus memutuskan jumlah piring yang akan digunakan dan memastikan agar piring-piring yang mereka akan gunakan berada dalam keadaan baik. Piring yang retak atau sumbing harus digantikan dengan yang lain, agar tidak membahayakan diri sendiri atau orang ramai yang menonton
Salah satu tari klasik dari Daerah Minang dan menggambarkan kasih sayang seorang kekasih yang dilambangkan dengan melindungi dengan payungnya. Tarian ini memang merupakan tari pergaulan muda-mudi sehingga dibawakan secara berpasang-pasangan. Selain menggunakan payung sebagai alat bantu yang dimainkan oleh penari pria, bisa juga ditambah dengan selendang untuk penari wanita. Musiknya cukup variatif, mulai dari agak pelan, lalu agak cepat dan cepat, sangat dinamis. Tari ini biasa dibawakan untuk memeriahkan acara pesta, dan pameran.

Candi Brahu




Dari candi brahu, saya lanjut ke Gapura Wringin Lawang. Sisa kerajaan majapahit yang satu ini terletak di Dukuh Wringinlawang, Desa Jati Pasar, Trowulan. Sekitar 3 km dari candi brahu.
Bentuk wringin lawang persis gapura candi bentar pura-pura di bali. Hanya, wringin lawang berukuran lebih besar, dan tentu saja berumur lebih tua. Belum diketahui pasti kapan wringin lawang dibangun, tapi diperkirakan pada abad ke-14 masehi. Sebagaimana candi brahu, gapura wringin lawang dibuat dari bata merah. Berukuran 13 x 11 meter dengan tinggi 15,5 meter.
Mengenai fungsi wringin lawang, ada beragam pendapat mengemuka. Salah satunya mengatakan wringin lawang berfungsi sebagai pintu masuk ke kediaman Mahapatih Gajah Mada. Yup, ksatria yang mengikrarkan sumpah palapa itu. Tapi kebanyakan sejarawan beranggapan gapura ini adalah pintu masuk menuju komplek bangunan penting di ibu kota Majapahit, tanpa bisa memastikan secara spesifik bangunan apa itu.
Saat ini lokasi wringin lawang dikepung oleh sawah dan ladang di tiga sisi; utara, timur dan selatan. Waktu mampir ke sini, saya ‘dihibur’ oleh pemandangan petani membajak ladangnya dengan sapi. Sungguh pemandangan langka. Secara hari gini rata-rata petani udah mbajak pake quick*eh
Selain candi brahu dan wringin lawang sebenarnya masih buanyak lagi situs bersejarah di trowulan yang bisa kita explore. Beberapa yang menarik di antaranya candi tikus, candi bajang ratu, dan kolam segaran.
Karena kekayaan situs arkeologinya, sejak 2009 pemerintah telah mengajukan agar Trowulan dijadikan Situs Warisan Dunia UNESCO. Semoga segera terwujud deh. Amien.

Jenis-jenis Spesies Anggrek Langka yang Dilindungi


Jenis-jenis Spesies anggrek langka yang dilindungi di Indonesia. Terdapat 29 spesies anggrek langka yang dilindungi di Indonesia berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Tumbuhan dan Satwa.

Indonesia merupakan negara dengan tingkat kekayaan plasma nutfah anggrek terbesar kedua setelah Brasil. Dari sekitar 26.000 spesies anggrek di seluruh dunia, sekitar 5.000 hingga 6.000 jenis diantaranya terdapat di Indonesia. Dan tidak sedikit diantaran macam spesies anggrek itu yang merpakan jenis-jenis anggrek endemik Indonesia.

Anggrek kebutan (Ascocentrum miniatum) yang dilindungi di Indonesia
Bahkan hingga kini, jumlah spesies anggrek di Indonesia semakin bertambah dengan terus ditemukannya spesies-spesies baru. Awal 2010 silam, LIPI menemukan beberapa jenis spesies anggrek baru di Kalimantan. Spesies itu antara lain Dendrobium kelamense D.Metusala, P.O Byrne dan J.J.Wood. sebagaimana telah dipublikasikan di jurnal internasional Malesian Orchid Journal edisi Maret 2010.
Namun kekayaan plasma nutfah anggrek di Indonesia semakin hari semakin terancam. Banyak spesies anggrek yang semakin langka bahkan disinyalir punah di Indonesia. Semakin langkanya, bahkan musnah beberapa jenis anggrek diakibatkan oleh malaknya pembalakan liar, kebakaran hutan dan aksi perburuan oleh para penggemar anggrek yang tidak memperhatikan aspek pelestarian di alam aslinya.
Daftar anggrek langka yang dilindungi. Berikut adalah daftar ke-29 jenis anggrek langka yang dilindungi di Indonesia.
  • Ascocentrum miniatum (Anggrek kebutan)
  • Coelogyne pandurata (Anggrek hitam)
  • Corybas fornicatus (Anggrek koribas)
  • Cymbidium hartinahianum (Anggrek hartinah)
  • Dendrobium catinecloesum (Anggrek karawai)
  • Dendrobium d’albertisii (Anggrek albert)
  • Dendrobium lasianthera (Anggrek stuberi)
  • Dendrobium macrophyllum (Anggrek jamrud)
  • Dendrobium ostrinoglossum (Anggrek karawai)
  • Dendrobium phalaenopsis (Anggrek larat)
  • Grammatophyllum papuanum (Anggrek raksasa Irian)
  • Grammatophyllum speciosum (Anggrek tebu)
  • Macodes petola (Anggrek ki aksara)
  • Paphiopedilum chamberlainianum (Anggrek kasut kumis)
  • Paphiopedilum glaucophyllum (Anggrek kasut berbulu)
  • Paphiopedilum praestans (Anggrek kasut pita)
  • Paraphalaenopsis denevei (Anggrek bulan bintang)
  • Paraphalaenopsis laycockii (Anggrek bulan Kaliman Tengah)
  • Paraphalaenopsis serpentilingua (Anggrek bulan Kaliman Barat)
  • Phalaenopsis amboinensis (Anggrek bulan Ambon)
  • Phalaenopsis gigantea (Anggrek bulan raksasa)
  • Phalaenopsis sumatrana (Anggrek bulan Sumatera)
  • Phalaenopsis violacose (Anggrek kelip)
  • Renanthera matutina (Anggrek jingga)
  • Spathoglottis zurea (Anggrek sendok)
  • Vanda celebica (Vanda mungil Minahasa)
  • Vanda hookeriana (Vanda pensil)
  • Vanda pumila (Vanda mini)
  • Vanda sumatrana (Vanda Sumatera)

    Anggrek bulan bintang (Paraphalaenopsis denevii)
    Daftar jenis anggrek yang langka dan dilindungi di Indonesia seharusnya lebih panjang dari sekedar 29 spesies saja. Namun, semoga dengan daftar ini kita makin tergerak untuk ikut melestarikan kekayaan keanekaragaman hayati yang kita punya. Jangan spesies-spesies anggrek itu punah. Apalagi punah sebelum sempat kita kenal.
    Referensi:
    • www.antaranews.com/berita/1270375223/lipi-temukan-spesies-anggrek-baru-di-kalimantan
    • Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Tumbuhan dan Satwa.

    Sabtu, 16 Juni 2012

    Sumatera Utara


    SEJARAH

    Pada jaman pemerintahan Belanda, Sumatera Utara merupakan suatu pemerintahan yang bernama Gouvernement Van Sumatera yang meliputi seluruh Sumatera yang di kepalai oleh seorang Gubernur berkedudukan di Medan.
    Sumatera Utara terdiri dari daerah-daerah administratif yang dinamakan keresidenan. Pada Sidang I Komite Nasional Daerah (KND) Provinsi Sumatera diputuskan untuk dibagi menjadi 3 sub Provinsi yaitu sub Provinsi Sumatera Utara (yang terdiri dari Keresidenan Aceh, Keresidenan Sumatera Timur dan Keresidenan Tapanuli), sub Provinsi Sumatera Tengah dan sub Provinsi Sumatera Selatan.
    Melalui Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1948 tanggal 15 April 1948 pemerintah menetapkan Sumatera menjadi 3 Provinsi yang masing-masing berhak mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri yaitu Sumatera Utara, Sumatera Tengah dan Provinsi Sumatera Selatan dan pada tanggal 15 selanjutnya ditetapkan menjadi hari jadi Provinsi Sumatera Utara.
    Awal tahun 1949 diadakan reorganisasi pemerintahan di Sumatera. Dengan keputusan Pemerintah Darurat RI tanggal 17 Mei 1949 Nomor 22/Pem/PDRI jabatan Gubernur Sumatera Utara ditiadakan, selanjutnya dengan ketetapan Pemerintah Darurat RI tanggal 17 Desember 1949 dibentuk Provinsi Aceh dan Provinsi Tapanuli/Sumatera Timur yang kemudian dengan peraturan pemerintah pengganti Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1950 tanggal 14 Agustus 1950, ketetapan ini dicabut dan kembali dibentuk Provinsi Sumatera Utara.
    Tanggal 7 Desember 1956 diundangkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Provinsi Aceh dan perubahan peraturan pembentukan Provinsi Sumatera Utara yang intinya Provinsi Sumatera Utara wilayahnya dikurangi dengan bagian-bagian yang terbentuk sebagai Daerah Otonomi Provinsi Aceh

    Propinsi Sumatera Utara terletak diantara 98°-100° Bujur Timur dan 1°-4° Lintang Utara dengan luas daerah 71.680 Km² atau 3.72 % dari Luas Wilayah Indonesia. Dikelilingi 162 pulau, yang mana 156 pulau tersebar sepanjang Pantai Barat dan 6 Pantai Timur. Sebelah Utara berbatasan dengan D.I. Aceh, sebelah Selatan berbatasan dengan Sumatera Barat dan Propinsi Riau, sebelah barat dengan Samudera India sebelah timur dengan selat Malaka. Propinsi ini juga berdekatan dengan Singapore, Malaysia, Thailand. 

     Rumah Adat Karo

    Rumah adat merupakan salah satu aset kebudayaan bangsa ini. Setiap daerah memiliki rumah adat dengan ciri khas dan keunikan masing-masing. Namun, sayang semakin hari semakin banyak masyarakat daerah yang meninggalkan rumah adat dan beralih pada rumah biasa. Hanya sebagian daerah, orang, atau suku yang masih bertahan di rumah adat.
    Salah satu rumah adat yang menarik ialah rumah adat Batak Karo. Rumah adat ini dikenal juga sebagai rumah adat Siwaluh Jabu. Siwaluh Jabu memiliki pengertian sebuah rumah yang didiami delapan keluarga. Masing-masing keluarga memiliki peran tersendiri di dalam rumah tersebut.
    Rumah adat Karo ini berbeda dengan rumah adat suku lainnya dan kekhasan itulah yang mencirikan rumah adat Karo. Bentuknya sangat megah diberi tanduk. Proses pendirian sampai kehidupan dalam rumah adat itu diatur oleh adat Karo, dan karena itulah disebut rumah adat.
    Penempatan keluarga-keluarga dalam rumah adat Batak Karo ditentukan oleh adat Karo. Secara garis besar rumah adat ini terdiri atas jabu jahe (hilir) dan jabu julu (hulu). Jabu jahe juga dibagi menjadi dua bagian, yaitu jabu ujung kayu dan jabu rumah sendipar ujung kayu.
    Tetapi, ada kalanya rumah adat Batak Karo terdiri atas delapan ruang dan dihuni oleh delapan keluarga. Sementara dalam rumah ini hanya ada empat dapur. Masing-masing jabu dibagi dua sehingga terbentuk jabu-jabu sedapuren bena kayu, sedapuren ujung kayu, sedapuren lepar bena kayu, dan jabu sedapuren lepar ujung kayu.
     Rumah adat Siwaluh Jabu, rumah adat Batak Karo. Rumah ini bertiang tinggi dan satu rumah biasanya dihuni atas satu keluarga besar yang terdiri dari 4 sampai 8 keluarga Batak. Di dalam rumah tak ada sekatan satu ruangan lepas. Namun pembagian ruangan tetap ada, yakni di batasi oleh garis-garis adat istiadat yang kuat, meski garis itu tak terlihat. Masing-masing ruangan mempunyai nama dan siapa yang harus menempati ruangan tersebut, telah ditentukan pula oleh adat. Urutan ruangan dalam rumah Siwaluh jabu adalah sebagai berikut :

        * Jabu bena kayu yaitu ruangan di depan sebelah kiri, didiami oleh pihak marga tanah dan pendiri kampung.
    Ia merupakan pengulu atau pemimpin rumah tersebut.
          Jabu sedapur bena kayu yaitu ruangan berikutnya yang satu dengan jabu bena kayu, juga dinamai Sinenggel-ninggel. Ruang ini didiami oleh pihak Senina yakni saudara-saudaranya yang bertindak sebagai wakil pemimpin rumah tersebut. Sedapat artinya satu dapur, karena setaip 2 ruangan maka di depannya terdapat dapur yang dipakai untuk 2 keluarga.
        * Jabu ujung kayu, dinamai Jabu Sungkun Berita, didiami oleh anak Beru Toa, yang bertugas memecahkan
    setiap masalah yang timbul.
        * Jabu sedapur ujung kayu yaitu ruangan sedapur dengan jabu ujung kayu, dinamai Jabu Silengguri. Jabu ini didiami oleh anak beru dari jabu Sungkun Berita.
        * Jabu lepan bena kayu, yakni ruangan yang terletak berseberangan dengan jabu bena kayu, dinamai jabu simengaloken didiami oleh Biak Senina.
        * Jabu sedapur lepan bena kayu yaitu ruangan yang sedapur dengan jabu lepan bena kayu, didiami oleh Senina Sepemeren atau Separiban.
        * Jabu lepan ujung kayu, didiami oleh Kalimbuh yaitu pihak pemberi gadis, ruangan ini disebut Jabu Silayari.
        * Jabu sedapur lepan ujung kayu yaitu ruangan yang sedapur dengan jabu lepan ujung kayu. Ruangan ini didiami oleh Jabu Simalungun minum, didiami oleh Puang Kalimbuh yaitu Kalimbuh dari jabu silayari. Kedudukan Kalimbuh ini cukup dihormati didalam adat.
     

    Rumah Adat Batak Toba

    Rumah Adat Batak Toba disebut Rumah Bolon, yang memiliki bangunan empat persegi panjang yang kadang-kadang ditempati oleh 5 sampai 6 keluarga. Memasuki Rumah Bolon ini harus menaiki tangga yang terletak di tengah-tengah rumah, dengan jumlah anak tangga yang ganjil. Bila orang hendak masuk rumah tersebut, harus menundukkan kepala agar tidak terbentur pada balok yang melintang. Hal ini diartikan tamu harus menghormati si pemilik rumah.

    Lantai rumah adat batak ini kadang-kadang sampai 1,75m di atas tanah dan bagian bawah dipergunakan untuk memelihara hewan, seperti babi, ayam, dan sebagainya. Pintu masuk rumah adat ini, dahulunya memiliki 2 macam daun pintu yaitu daun pintu yang horizontal dan vertikal, tapi sekarang daun pintu yang horizontal tak dipakai lagi. Ruangan dalam rumah adat merupakan ruangan terbuka tanpa kamar-kamar, walaupun bersamaan disitu lebih dari satu keluarga, tapi bukan berarti tidak ada pembagian ruangan. Karena dalam rumah adat ini pembagian ruangan dibatasi oleh adat mereka yang kuat.
    Ruangan di belakang sudut sebelah kanan dinamakan jabu bong, yang ditempati oleh kepala rumah atau porjabu bong, dengan isteri dan anak-anak yang masih kecil. Namun di sudut kiri berhadapan dengan Jabu bong dinamakan Jabu Soding, yang dikhususkan untuk anak perempuan yang telah menikah tapi belum mempunyai rumah sendiri. Sedangkan untuk sudut kiri depan dinamakan Jabu Suhat, diperuntukkan bagi anak laki-laki tertua yang sudah nikah dan di seberangnya disebut Tampar Piring diperuntukkan bagi tamu.
    Jika keluarga besar maka diadakan tempat di antara dua ruang atau jabu yang berdempetan, sehingga ruangan bertambah dua lagi dan ruangan ini disebut Jabu Tonga-ronga ni jabu rona. Walaupun rumah tersebut berdempetan, tiap keluarga mempunyai dapur sendiri yang terletak di belakang rumah, berupa bangunan tambahan. Dan di antara dua deretan ruangan yakni di tengah-tengah rumah merupakan daerah netral yang disebut telaga dan berfungsi sebagai tempat bermusyawarah.
    Rumah adat Batak Toba berdasarkan fungsinya dapat dibedakan ke dalam rumah yang digunakan untuk tempat tinggal keluarga disebut ruma, dan rumah yang digunakan sebagai tempat penyimpanan (lumbung) disebut Sopo. Bahan-bahan bangunan terdiri dari kayu dengan tiang-tiang yang besar dan kokoh. Dinding dari papan atau tepas, lantai juga dari papan sedangkan atap dari ijuk atau daun rumbiah. Tipe khas rumah adat Batak Toba adalah bentuk atapnya yang melengkung dan pada ujung atap sebelah depan.


    Bolon, Rumah Adat Batak Simalungun


    Sub etnis Batak Simalungun berdiam di sebagian wilayah Deli Serdang sebelah Timur Danau Toba. Rumah adatnya berbentuk panggung dengan lantai yang sebagian disangga balok-balok besar berjajar secar horizontal bersilangan. Balok-balok ini menumpu pada pondasi umpak. Dinding rumah agak miring dan memilliki sedikit bukaan/jendela. Atapnya memilliki kemiringan yang curam dengan bentuk perisai pada sebagian besar sisi bawah, sedang sisi atas berbentuk pelana dengan gevel yang miring menghadap ke bawah. Pada ujung atas gevel biasanya dihiasi dengan kepala kerbau. Tanduknya dari kerbau asli dan kepalanya dari injuk yang dibentuk.Bagian-bagian konstruksi rumah diukir, dicat serta digambar dengan warna merah, putih dan hitam. Selain sarat dengan nilai filosofis, ornamentasi rumah memiliki keunggulan dekoratif dalam memadukan unsur alam dan manusia dengan unsur geometris. Menyampaikan sebuah ungkapan pertemuan masyarakat dapat dimunculkan dengan bentuk geometri segi empat yang ditengahnya diberi lingkaran lalu diberi corak ragam hias manusia beruang berkeliling lingkaran. Menyampaikan sebuah ungkapan hubungan dua manusia ditampilkan dengan bentuk geometri kotak melambangkan dekorasi badan manusia di mana bagian atas dan bawahnya diberi kepala dalam posisi berlawanan arah. Corak ragam ornamen ini selalu berulang, melalui proses tradisi turun temurun, berkembang dan berpadu saling melengkapi dengan bentuk dekorasi lain.
    Masyarakat Batak Simalungun mempercayai adanya kekuatan roh halus, membedakannya dari yang baik dan jahat. Untuk menolak yang jahat agar tidak mengganggu penghuni rumah juga diwujudkan dengan ornamentasi konstruksi rumah dengan bentuk tertentu. Hiasan penolak roh jahat ini dapat berupa kepala manusia dan bentuk-bentuk yang runcing. Hiasan lain yang khas adalah pengecatan pada penampang balok-balok horizontal di kolong rumah. Balok-balok berbentuk silinder ini hanya berposisi 2 modul struktur pada bagian depan rumah. Di bagian belakangnya digantikan tiang-tiang yang berposisi vertikal.
    Denah rumah memanjang ke belakang dengan tiga modul struktur di bagian depan dan 5 sampai 7 modul ke belakang. Dua pintu terletak di bagian depan dan belakang. Untuk mencapai rumah digunakan anak tangga yang berjumlah ganjil. Satu modul struktur bagian depan tidak berdinding dan digunakan sebagai beranda/teras. Bagian tengah modul ini juga dihilangkan dan digantikan dengan tangga utama menuju rumah. Dengan demikian terbentuk teras yang berjumlah dua dan berada di kiri-kanan tangga utama. Karena teras berada satu level dengan lantai rumah panggung maka posisinya di atas. Untuk mengamankan dibuat pagar mengelilingi teras.

    Rumah Adat Pakpak, Bentuk, Bahan, Arti dan Fungsi


    Rumah Adat Pakpak, Bentuk, Bahan, Arti dan Fungsi

    Rumah adat Pakpak memiliki bentuk yang khas yang dibuat dari bahan kayu dengan atap dari bahan ijuk. Bentuk desain rumah adat Pakpak selain sebagai wujud seni budaya Pakpak, setiap bentuk desain dari bagian-bagian Rumah Adat Pakpak tersebut memiliki arti tersendiri. Jika diteliti dengan cermat dan diketahui maknanya, maka cukup dengan melihat rumah adat Pakpak akan bisa mendeskripsikan bagaimana Suku Pakpak berbudaya.
    Bentuk dan Arti Rumah Adat Pakpak
    Bubungan atap : Bentuk melengkung, dalam bahasa Daerah Pakpak-Dairi disebut: “Petarik-tarik Mparas ingenken ndengel”, artinya: “Berani memikul resiko yang berat dalam mempertahankan adat istiadat”.
    Tampuk bubungan yang bersimbolkan “Caban”, artinya : “Simbol kepercayaan Puak Pakpak“
    Tanduk kerbau yang melekat dibubungan atap, artinya: “Semangat kepahlawanan Puak Pakpak”.

    Bentuk segitiga pada rumah adat pakpak, artinya menggambarkan susunan adat istiadat Puak Pakpak dalam kekeluargaan yang terbagi atas tiga bahagian atau unsur besar sebagai berikut:(a). SENINA, adalah saudara kandung laki laki, (b). BERRU, adalah saudara kandung perempuan, (c). PUANG”, adalah kemanakan.
    Dua buah tiang besar disebelah muka rumah “Binangun”, artinya “Kerukunan rumah tangga antara suami istri”.

    Satu buah balok besar yang dinamai “Melmellon” yang melekat disamping muka rumah, menggambarkan “Kesatuan dan Persatuan dalam segala bidang pekerjaan melalui musyawarah, atau lebih tepat disebut “Gotong royong”.

    Ukiran-ukiran yang terdapat pada segitiga muka rumah yang bentuknya bermacam macam corak, dalam bahasa daerah Pakpak  disebut: (a). Perbunga Kupkup, (b). Perbunga kembang,(c). Perbunga Pancur, dan sebagainya yang menggambarkan bahwa puak Pakpak pun berdarah dan berjiwa seni.

    Tangga rumah yang biasanya terdiri dari bilangan ganjil, 3 (tiga), 5 (lima) dan 7 (tujuh), menggambarkan bahwa penghuni rumah itu adalah keturunan raja (marga tanah), sebaliknya yang memakai tangga rumah genap, menandakan bahwa penghuni rumah tersebut bukan keturunan marga tanah (genengen).
    Pintu masuk dari bawah kolong rumah menunjukkan kerendahan hati dan kesiapsiagaan.

    Fungsi Rumah Adat Pakpak :
    1.  Penggunaaan rumah adat : Rumah adat adalah tempat permusyawaratan mengenai masalah yang menyangkut kepentingan umum dan tempat mengadakan upacara upacara adat istiadat.
    2.       Isi rumah adat adalah :
    (a). Genderang,
    (b). Garantung,
    (c). Serunai,
    (d). Sordan, labat, taratoa, seruling, semuanya alat alat kesenian daerah.
    (e). Patung panglima atau pahlawan pahlawan, dan
    (f). Mejan, ditempatkan dihalaman rumah.
    3.       Pilo-pilo yang digantung dalam segitiga dipermukaan rumah adat menggambarkan adanya hubungan yang harmonis antara masyarakat dan pemimpinnya dan sebagai lambang kebijaksanaan pimpinan dalam mengayomi masyarakatnya.
    4.    Gambar lidah payung menggambarkan kepercayaan masyarakat kepada pemimpinnya yang senantiasa memberikan bantuan dalammemelihara kesentosaan dan kesejahteraan masyarakat.

    Kota Medan

    Danau Toba
    Danau toba terletak di kota Parapat, Sumatera Utara, Indonesia. Secara Geografi, Danau Toba ini tergolong sbg danau vulkanik yang memiliki Ukuran panjang 100 KM dan Lebarnya 30 KM. Kedalaman atau dalam Danau Toba ini adalah 505 m. Dan suhu rata rata disekitar danau toba diperkirakan 20 derajat celcius. Kota Parapat juga bisa dibilang cukup hijau, dan natural untuk ukuran kota2 jaman sekarng ini. Hal lain yang menambah kenunikan di danau toba ini adalah ada nya sebuah pulau kecil yang berada ditengah2nya bernama Pulau Samosir. Penduduk disekitar danau toba ini adalah umumnya berasal dari suku batak. Dan biasanya pekerjaan para penduduk asli di kota parapat ini adalah berdagang, bertani, menangkap ikan(nelayan), dll. Untuk Info lebih detail tentang danau toba silakan bacaDanau Toba merupakan salah satu danau terbesar di dunia, dan yang terbesar dan terpopuler di Indonesia. Danau itu seperti lautan yang luasnya lebih kurang 100 km x 30 km. Di tengah danau itu, ada sebuah pulau yang besar, yaitu Pulau Samosir yang berada pada ketinggian 1000 meter di atas permukaan laut.

    Berdasarkan penelitian dari para peneliti Universitas Teknologi Michigan, Amerika Serikat, di lokasi Danau Toba, pada masa 75.500 tahun yang lalu, pernah terjadi sebuah letusan maha dahsyat yang memusnahkan manusia, hewan dan tumbuhan. Letusan itu memuntahkan bebatuan dan abu vulkanik hingga sejauh 2.000km3. Arah muntahan letusan menimbulkan kegelapan hingga dua minggu lamanya. Dampak dari letusan adalah terbentuknya sebuah kawah gunung berapi yang besar, yang lama-kelamaan kawah tersebut terisi air yang akhirnya terbentuk sebuah danau yang besar, yaitu Danau Toba. Mengenai keberadaan Pulau Samosir, itu terbentuk diakibatkan oleh tekanan magma secara terus-menerus yang belum keluar dari perut bumi.

    B. Keistimewaan
    Keindahan Danau Toba sangat mengagumkan. Danau itu dikelilingi oleh perbukitan, sehingga suasana di sekitar danau terasa nyaman, udaranya segar dan sejuk. Para pengunjung dapat menikmati keindahannya dengan berenang atau pun menyewa perahu motor, mengitari sekitar danau. Di sore hari, pengunjung dapat menikmati suasana yag lebih hening dengan pemandangan cahaya matahari terbenam yang begitu indah.
    Danau yang luas ini memiliki nilai magis dan kosmologis, karena dipercaya sebagai tempat berdiamnya Namborru (tujuh dewi leluhur Suku Batak). Bilamana masyarakat Suku Batak ingin menggelar acara adat di sekitar danau, mereka harus terlebih dahulu memohon izin kepada Namborru. Seperti dalam perayaan Pesta Rakyat Danau Toba yang setiap tahunnya digelar, beberapa ritual dilakukan terlebih dahulu sebagai bentuk penghormatan terhadap leluhur.
    Di tengah Danau Toba, yaitu di Pulau Samosir terdapat objek wisata alam yang populer, yakni danau di atas danau (Danau Sidihoni dan Danau Aek Natonang); objek wisata sejarah di komplek makam Raja Sidabutar di Desa Tomok; dan wisata arsitektur berupa komplek rumah tradisional Batak Toba Samosir. Di Parapat, para pengunjung yang ingin mengunjungi Pulau Samosir dapat menumpangi angkutan feri yang setiap jamnya berangkat ke Desa Tomok, Samosir.






    Air Terjun Dua Warna Sibolangit


    Air Terjun Dua Warna Sibolangit terletak di Desa Durin Sirugun, kaki Gunung Sibayak, Sumatera Utara. Dapat ditempuh melalui perjalanan darat, melintasi Bumi Perkemahan Sibolangit. Jarak tempuh dari Medan – Sibolangit sekitar 75km, dan dari Pintu Utama Bumi Perkemahan Sibolangit membutuhkan waktu sekitar 2-3 jam untuk tiba di Air Terjun Dua Warna.
    Jalan-jalan ke Air Terjun Dua Warna ini, Anda bisa kembali fresh karena pemandangan hutan dan udaranya yang masih segar. Keadaan yang masih alami itulah yang bisa dimanfaatkan untuk mengembalikan kesegaran tubuh dari segala kepenatan. Tetapi, di akhir pekan, objek wisata Air Terjun Dua Warna di Sibolangit ini sangat penuh sesak dengan wisatawan lokal. Dianjurkan untuk datang pada hari biasa saja jika Anda akan jalan-jalan ke sana.
    Ketika memasuki Bumi Perkemahan Sibolangit di Desa Bandar Baru, anda bisa menyusuri hutan dengan hiking atau jalan kaki santai selama 3 jam, dan untuk menghindari tersesat, ada baiknya Anda harus dibantu oleh pemandu lokal. Mendaftarlah di pos penjagaan dan melapor akan menuju Air Terjun Dua Warna.
    Air Terjun Dua Warna berketinggian 100 meter, bersumber dari Gunung Sibayak, dan air yang turun dari sungai atas akan tertampung ke sebuah danau kecil. Warna air terjun ini yaitu biru muda dan putih keabu-abuan, karena kandungan phospor dan belerang yang akan menghasilkan warha biru muda. Karena mengandung belerang, Anda dilarang meminum air dari Air Terjun Dua Warna.



    sibolga kota tua

    Kota Sibolga adalah salah satu Kota di Provinsi Sumatra Utara. Wilayahnya seluas 3.356,60 ha yang terdiri dari 1.126,9 ha daratan Sumatera, 238,32 ha daratan kepulauan, dan 2.171,6 ha lautan. Pulau-pulau yang termasuk dalam kawasan Kota Sibolga adalah Pulau Poncan Gadang, Pulau Poncan Ketek, Pulau Sarudik dan Pulau Panjang. Secara geografis kawasan ini terletak di antara 1 42' - 1 46' LU dan 98 44' - 98 48 BT dengan batas-batas wilayah: Timur, Selatan, Utara pada Kabupaten Tapanuli Tengah, dan Barat dengan Teluk Tapian Nauli. Letak kota membujur sepanjang pantai dari Utara ke Selatan menghadap Teluk Tapian Nauli. Sementara sungao-sungai yang dimiliki, yakni Aek Doras, Sihopo-hopo, Aek Muara Baiyon dan Aek Horsik
    Sementara wilayah administrasi pemerintahan terdiri dari tiga kecamatan dan 16 kelurahan. Ketiga kecamatan itu yakni Kecamatan Sibolga Utara dengan empat kelurahan, Kecamatan Sibolga Kota dengan empat kelurahan, dan Kecamatan Sibolga Selatan dengan delapan kelurahan.
    Berikut sakilas sejarah terbentuknya kota SIBOLGA, yang saya kutip dari berbagai sumber:
    Sultan Hutagalung Menurut penulis Sejarah Sibolga, Tengku Luckman Sinar SH—dengan mengutip hasil catatan riset seorang pembesar Belanda, EB Kielstra - disebutkan bahwa sekitar tahun 1700 seorang dari Negeri Silindung bernama Tuanku Dorong Hutagalung mendirikan Kerajaan Negeri Sibogah, yang berpusat di dekat Aek Doras. Dalam catatan EB Kielstra ditulis tentang Raja Sibolga: "Disamping Sungai Batang Tapanuli, masuk wilayah Raja Tapian Nauli berasal dari Toba, terdapat Sungai Batang Sibolga, di mana berdiamlah Raja Sibolga."

    Penetapan tahun 1700 itu diperkuat analisis tingkat keturunan yakni bahwa Marga Hutagalung yang telah berdiam di Sibolga sudah mencapai sembilan keturunan. Kalau jarak kelahiran antara seorang ayah dengan anak pertama adalah 33 tahun -angka ini adalah rata-rata usia nikah menurut kebiasaan orang Batak—lalu dikalikan jumlah turunan yang sudah sembilan itu, itu berarti sama dengan 297 tahun. Maka kalau titik tolak perhitungan adalah tahun 1998, yaitu waktu diselenggarakannya Seminar Sehari Penetapan Hari Jadi Sibolga pada 12 Oktober 1998, itu berarti ditemukan angka 1701 tahun.

    Tentang nama atau sebutan Sibolga, dicerita-kan bahwa pada awal-nya Ompu Datu Hurinjom yang membuka perkampungan Simaninggir, mempu-nyai postur tubuh tinggi besar, di samping memiliki tenaga dalam yang kuat. Adalah tabu bagi orang Batak menyebut nama seseorang secara langsung apalagi orang tersebut lebih tua dan dihormati, maka untuk menyebut nama kampung yang dibuka Ompu Datu Hurinjom dipakai sebutan "Sibalgai", yang artinya kampung atau huta untuk orang yang tinggi besar.

    Asal kata Sibolga dengan pengertian tersebut lebih dapat diterima daripada untuk istilah "Bolga-Bolga", yaitu nama sejenis ikan yang hidup di pantai berawa-rawa; atau istilah "Balga Nai" yang berarti besar untuk menunjukkan ke arah luasnya lautan. Orang Batak biasanya menggunakan kata "bidang" untuk menggambarkan sesuatu yang luas, bukan kata balga yang berarti besar.

    Tapi apa pun kisah awal kelahiran nama dan Kerajaan Sibolga, kota di Teluk Tapian Nauli ini telah menjalankan peran sejarah yang sangat berarti. Di masa lalu Sibolga berjaya sebagai pelabuhan dan gudang niaga untuk barang-barang hasil pertanian dan perkebunan seperti karet, cengkeh, kemenyan dan rotan. Inggris bahkan pernah menjadikan Sibolga sebagai pelabuhan gudang niaga lada terbesar di Teluk Tapian Nauli.

    Lebih dari itu, berdasarkan Besluit Gubernur Jenderal Hindia Belanda pada 7 Desember 1842 tempat kedudukan Residen Tapanuli dipindahkan dari Air Bangis ke Sibolga, dan sejak itulah Sibolga resmi menjadi Ibukota Keresidenan. Meski statusnya sebagai Ibukota Keresidenan sempat dipindahkan ke Padang Sidempuan antara tahun 1885 - 1906, namun predikat itu akhirnya kembali lagi ke Sibolga berdasarkan Staadblad yang dikeluarkan pada 1906 itu.

    Dalam perjalanannya, pada 1850, di masa Mohd Syarif menjadi Datuk Poncan, bersama-sama dengan Residen Kompeni Belanda bernama Conprus, mereka pindah dari Pulau Poncan ke Pasar Sibolga. Pada tahun ini pula rawa-rawa besar itu ditimbun untuk menyusunnya menjadi sebuah negeri pula.

    Sibolga jolong basusuk
    Banda digali urang rantau
    Jangan manyasa munak barisuk
    Kami sapeto dagang sansai

    Maksudnya yakni bahwa pada mulanya Kota Sibolga ini dibangun dengan menggali parit-parit dan bendar-bendar untuk mengeringkan rawa-rawa besar itu, dengan menggerakkan para narapidana (rantai) serta ditambah dengan tenaga-tenaga rodi, ditim-bunlah sebagian rawa-rawa itu dan berdirilah negeri baru Pasar Sibolga.

    Di masa Sibolga dibangun menjadi kota, istana raja yang berada di tepi Sungai Ack Doras dan pemukiman di sekelilingnya dipindahkan ke kampung baru, Sibolga Ilir. Di atas komplek tersebut dibangun pendopo Residen dan perkantoran Pemerintah Belanda. Walaupun pada tahun 1871 Belanda menghapuskan sistem pemerintahan raja-raja dan diganti dengan Kepala Kuria, namun Anak Negeri menganggapnya tetap sebagai Raja dan sebagai pemangku adat.

    Sementara Datuk Poncan di Sibolga diberi jabatan sebagai Datuk Pasar dan tugasnya memungut pajak anak negeri yang tinggal di Kota Sibolga terhadap warga Cina perantauan, Di dalam melaksanakan tugasnya, Datuk Pasar dibantu oleh Panghulu Batak, Pangulu Malayu, Pangulu Pasisir, Pangulu Nias, Pangulu Mandailing dan Pangulu Derek.

    Pada 1916 Datuk Stelsel dihapuskan serta diganti dengan Demang Stelsel, mengepalai satu-satu distrik menurut pembagian yang diadakan, dalam mana Pasar Sibolga masuk Distrik Sibolga, sebagaimana beberapa resort kekuriaan. Untuk memudahkan kontrol berdasarkan Besluit Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Keresidenan Tapanuli dibagi menjadi tujuh Afdeling yaitu Afdeling Singkil, Sibolga, Nias, Barus, Natal, Angkola dan Mandailing. Sedangkan Afdeling Sibolga terdiri dari beberapa distrik yakni Distrik Sibolga, Distrik Kolang, Tapian Nauli, Sarudik, Badari, dan Distri Sai Ni Huta.

    Pada masa Pemerintahan Militer Jepang, Kota Sibolga dipimpin oleh seorang Sityotyo (baca: Sicoco) di samping jabatannya selaku Bunshutyo (baca: Bunsyoco), tapi dalam kenyataanya adalah Gunyo yang memegang pimpinan kota sebagai kelanjutan dari Kepala Distrik yang masih dijabat oleh bekas demang, ZA Sutan Kumala Pontas.

    Pada masa pendudukan Jepang, Mohammad Sahib gelar Sutan Manukkar ditunjuk sebagai Kepala Kuria dengan bawahan Mela, Bonan Dolok, Sibolga Julu, Sibolga Ilir, Huta Tonga-tonga, Huta Barangan dan Sarudi. Beliau inilah yang menjadi Kepala Kuria yang terakhir di Sibolga karena setelah zaman kemerdekaan, sekitar tahun 1945 istilah Kepala Kuria praktis sudah tidak ada lagi.

    Mengenai Sejarah Kuno Sibolga

    Tidak dapat diketahui secara pasti sejak kapan bumi Teluk Tapian Nauli mulai dihuni orang. Namun berdasarkan sejumlah catatan sejarah, diperkirakan sejak tahun 1500 sudah terjadi hubungan dagang antara para penghuni Teluk Tapian Nauli dengan dunia luar yang paling jauh yakni negeri orang-orang Gujarat dan pendatang dari negeri asing lain seperti Mesir, Siam, Tiongkok. Para golongan terkemuka Tapian Nauli juga sudah dikenal di Mesopotamia, paling tidak melalui sejarah lisan yang dibawa saudagar Arab.

    Tercatat pula bahwa pada tahun 1500 itu pelaut Portugis sudah hilir mudik di lautan dalam rangka mencari dan mengumpulkan rempah-rempah untuk dibawa ke Eropa. Uang Portugis yang beredar di kalangan masyarakat yang berdiam di Teluk Tapian Nauli saat itu merupakan salah satu bukti. Ketika itu keberadaan Teluk Tapian Nauli sangat penting. Selain sebagai pangkalan pengambilan garam, dusun ini terkenal juga sebagai pangkalan persinggahan perahu-perahu mancanegara guna mengambil air untuk keperluan pelayaran jauh.

    Peranan Teluk Tapian Nauli sebagai pangkalan persinggahan dan pelabuhan dagang semakin dikukuhkan ketika Belanda dan Inggris memasuki wilayah itu di kemudian hari. Kapal Belanda di bawah pimpinan Gerard De Roij datang kepantai Barat Sumatera—Teluk Tapian Nauli—pada 1601. Sedangkan Inggris memasuki wilayah ini pada 1755.

    Kehadiran dan gerak langkah Belanda dan Inggris di Teluk Tapian Nauli bisa dilihat dari beberapa kronologi peristiwa berikut ini:

    1604 : Perjanjian antara Aceh dengan Belanda, yaitu antara Sultan Iskandar dengan Oliver.

    1632 : Kapal Belanda mulai berhadapan dengan Inggris di Pantai Barat Sumatera dalam rangka kepentingan dagang.

    1667 : Belanda mendirikan benteng (loji) di Padang.

    1668 : Belanda mulai dengan politik adu domba, menghasut Tiku dan Pariaman lepas dari Aceh. Barus pro Pagaruyung diusir dari berbagai tempat.

    1669 : Setelah berkuasa di Sumatera Barat, Belanda mulai mengincar pesisir Tapanuli dan mendirikan loji di Barus.

    1670 : Karena keserakahan Belanda (VOC) dengan praktek dagangnya yang monopolistis, pemberontakan di Barus terhadap Belanda tidak dapat dielakkan dan terus meningkat. Raja Barus dibantu oleh adiknya Lela Wangsa berhasil mengusir Belanda dan menghancurkan loji Belanda.

    1678 : Belanda dapat membalas, namun pada ketika itu perang sengit antara Raja Barus dengan Belanda terus berkobar. Raja Barus melakukan taktik gerilya. Putera raja di Hulu berhasil membuhuh dokter Belanda dan seorang serdadu Belanda. Namun Belanda berhasil menangkap Raja I^ela Wangsa dan membuangnya ke Afrika Selatan.

    1733 : Belanda semakin merajalela dengan berhasilnya menangkap Raja Barus. Seterusnya bukan hanya Barus saja yang diserang, tapi Belanda juga menyerang Sorkam. Kolang dan Sibolga.

    1734 : Oleh karena Belanda telah melakukan penyerangan terhadap Raja-Raja yang ada di Teluk Tapian Nauli, maka Raja-Raja yang ada di Teluk Tapian Nauli mengkonsolidasikan diri, maka lahun ini terjadilah peperangan secara besar-besaran terhadap Belanda. Serangan datang dari Sibolga, Kolang, Sorkam dan Barus dipelopori anak Yang Dipertuan Agung Pagaruyung.

    1735 : Belanda terkejut dan kewalahan menghadapi peperangan ini. Belanda melakukan penelitian, dan ternyata diketahui bahwa semangat patriotisme yang dikobarkan dari Raja Sibolga itulah sumber kekuatan. Belanda ingin melampiaskan rasa penasarannya kepada Raja Sibolga, namun tidak berhasil, Antara 1755-1815 pesisir Pantai Barat Sumatera Utara, Teluk Tapian Nauli, berada di bawah pengaruh Inggris. Pada 1755 Inggris memasuki Tapian Nauli dan membuat benteng di Bukit Pulau Poncan Ketek (Kecil). Mereka mulai menguasai loji-loji Belanda dan markas Aceh yang berada di pesisir Barat Tapanuli.

    1758 : Pasukan Inggris mulai mengusir loji-loji Belanda dan juga markas Aceh dari pesisir barat Tapanuli. Silih berganti usir-mengusir antara Inggris dengan Belanda.

    1761 : Perancis meninggalkan Poncan. Kemudian Inggris datang bekerjasama dengan penduduk Tapian Nauli dan Sibolga.

    1770 : Karena suasana perdagangan mulai tenang, maka Inggris mendatangkan budak dari Afrika dan India untuk mengerjakan urusan dagang dan perkebunan Inggris. Kuria Tapian Nauli dan Raja Sibolga merasa keberatan atas tindak tanduk Inggris ini.

    1771 : Stains East Indian Company Inggris di Tapanuli dinaikkan menjadi "Residency Tappanooly".

    1775 : Karena dagang Inggris mulai menurun karena tidak mendapat simpati dari Kuria Tapian Nauli dan Raja Sibolga, maka Belanda mengambil kesempatan mengadakan perjanjian dagang dengan Kuria Tapian Nauli dan Raja Sibolga.

    1780 : Puncak perselisihan antara Belanda dengan Inggris adalah persoalan monopoli garam. Kesempatan ini dipergunakan oleh Aceh untuk menyerang Inggris di Teluk Tapian Nauli. Aceh untuk sementara dapat menduduki Teluk Tapian Nauli, akan tetapi Inggris meminta bantuan dari Natal dan Inggris kembali menduduki Tapian Nauli (Poncan Ketek).

    1786 : Aceh kembali menyerang Inggris di Tapian Nauli. Serangan ini tidak berhasil karena Inggris meminta bantuan ke Natal.

    1801 : Jhon Prince ditetapkan menjadi Residen Tapanuli berkedudukan di Poncan Ketek. Sejak saat itu Poncan Ketek mulai ramai didatangi oleh orang Cina, India, dan lain-lain.

    1815 : Residen Jhon Prince mengadakan kontrak perjanjian dengan Raja-Raja sekitar Teluk Tapian Nauli, termasuk Raja Sibolga. Perjanjian ini disebut "Perjanjian Poncan" atau "Perjanjian Batigo Badusanak".

    1825 : Inggris menyerahkan Poncan kepada Belanda, sebagai realisasi Traktat London 17-3-1824.

    1850 : Belanda mulai menata pemukiman di Sibolga dengan menimbun rawa-rawa dan membuat parit-parit.


    OBJEK WISATA


    SEJARAH
    Teluk Tapian Nauli Dalam Peran Sejarah
    Secara pasti tidak dapat diketahui sejak kapan bumi Teluk Tapian Nauli (TTL) di huni oleh manusia. Namun berdasarakan sejarah, diprakirakan sejak tahun 1500 sudah terjadi hubungan dagang antara para penghuni TTL dengan dunia luar yang paling jauh yakni negeri orang SUJARAT dan pendatang dari negeri asing seperti MESIR, SIAM, TIONGKOK dan sebagainya.
    Para golongan terkemuka TTL juga telah dikenal di MESOPOTAMIA, paling tidak dari sejarah lisan yang
    di sampaikan oleh saudagar ARAB.
    Tercatat pula bahwa pada tahun 1500 tersebut, pelaut PORTUGIS telah hilir mudik untuk membawa
    hasil bumi TTL ke Eropah. Di kala itu, mata uang PORTUGIS sangat memegang peranan penting dalam proses perdagangan di TTL, selain mengenal mata uang asing masyarakat TTL telah memulai system perdagangan modern.
    Peranan TTL Sebagai Pangkalan Persinggahan dan Pelabuhan dagang semakin dikukuhkan ketika BELANDA dan INGGRIS memasuki wilayah tersebut. Kapal BELANDA di bawah pimpinan GERARD DE ROIJ Datang ke Pantai Barat Sumatera – Teluk Tapian Nauli pada tahun 1601 sedangkan INGGGRIS memasuki wilayah tersebut pada tahun 1755.

    Perluasan Kota di Kawasan Parombunan


    Sudah menjadi rahasia umum, bahwa Sibolga kota memang memerlukan ekspansi lahan untuk dapat mengimbangi perkembangan kota ini sejak lama, bahkan untuk perumahan pun sudah sejak belasan tahun masyarakat mendirikan rumah di tebing-tebing yang curam di sekitar Sibolga, barang kali secara jangka panjang , perencana kota menganggap bahwa lokasi pengembangan dan perluasan kota di arahkan ke sekitar dan melalui Parombunan.
    Selain itu terdapat pula jalan melingkar ke Sibolga julu arah utara dan jalan melingkar ke arah selatan hingga Tano Ponggol, bersamaan dengan itu pula di kawasan prombunan terdapat dua sekolah serta peruntukan gedung olah raga yang dibanggakan oleh Kota Sibolga. Bila demikian halnya , bahwa Parombunan dilihat strategis sebagai pengembangan wilayah kota, karena itu perlu dilakukan perintisan dan ajakan terhadap masyarakat agar jalan keliling arah utara maupun arah selatan bisa merupakan alternative bagi pelintas dari utara ke Kota Sibolga, maupun dari arah selatan langsung ke utara.
    Bila demikian halnya barang kali sosialisasinya yang perlu digencarkan, sosialisasinya yang perlu diberi perhatian. Saya kira masyarakat Sibolga akan sangat setuju bila perluasan Kota Sibolga dikomunikasikan secara jelas , namun akan menyisakan pekerjaan yang lebih rinci mengenai pemanfaatan tata ruang di sepanjang lintasan tersebut, serta persyaratan keamanan bagi mereka yang membangun perumahan pada lokasi kemiringan yang terjal. Masalah berikutnya barangkali adalah bagaimana menyalurkan infrastruktur seperti air minum /PAM, telepon, gas, listrik serta angkutan umum lain ke daerah tersebut sehingga menjadikannya semakin ramai untuk didiami oleh penduduk Kota Sibolga.
    Demikian pula halnya dengan penataan lingkungan, misalnya daerah mana yang dimanfaatkan oleh pemda untuk fasilitas perkantoran, perumahan, dagang, pasar dan industri tentu memerlukan pananganan lebih lanjut. ***

    sibolga - tapteng


    Kota Sibolga adalah salah satu Kota di Provinsi Sumatra Utara. Wilayahnya seluas 3.356,60 ha yang terdiri dari 1.126,9 ha daratan Sumatera, 238,32 ha daratan kepulauan, dan 2.171,6 ha lautan. Pulau-pulau yang termasuk dalam kawasan Kota Sibolga adalah Pulau Poncan Gadang, Pulau Poncan Ketek, Pulau Sarudik dan Pulau Panjang. Secara geografis kawasan ini terletak di antara 1 42′ - 1 46′ LU dan 98 44′ - 98 48 BT dengan batas-batas wilayah: Timur, Selatan, Utara pada Kabupaten Tapanuli Tengah, dan Barat dengan Teluk Tapian Nauli. Letak kota membujur sepanjang pantai dari Utara ke Selatan menghadap Teluk Tapian Nauli. Sementara sungao-sungai yang dimiliki, yakni Aek Doras, Sihopo-hopo, Aek Muara Baiyon dan Aek Horsik.

    Topografi

    Kota Sibolga dipengaruhi oleh letaknya yaitu bcrada pada daratan pantai, lereng, dan pegunungan. Terletak pada ketinggian di atas permukaan laut berkisar antara 0 - 150 meter, kemiringan (lereng) lahan bervariasi antara 0-2 persen sampai lebih dari 40 persen dengan rincian; kemiringan 0-2 persen mencapai kawasan seluas 3,12 kilometer persegi atau 29,10 persen meliputi daratan Sumatera seluas 2,17 kilometer persegi dan kepulauan 0,95 kilometer persegi; kemiringan 2-15 persen mencapai lahan seluas 0,91 kilometer persegi atau 8,49 persen yang meliputi daratan Sumatera seluas 0,73 kilometer persegi dan kepulauan seluas 0,18 kilometer persegi; kemiringan 15-40 persen meliputi lahan seluas 0,31 kilometer persegi atau 2,89 persen terdiri dari 0,10 kilometer persegi wilayah daratan Sumatera dan kepulauan 0,21 kilometer persegi; sementara kemiringan lebih dari 40 persen meliputi lahan seluas 6,31 kilometer persegi atau 59,51 persen terdiri dari lahan di daratan Sumatera seluas 5,90 kilometer persegi dan kepulauan seluas 0,53 kilometer persegi.
    Berdasarkan kemiringan lahan tersebut di atas, maka yang paling dominan adalah kemiringan lebih dari 40 persen. Karena hanya berada beberapa meter di atas permukaan laut, iklim Kota Sibolga termasuk cukup panas dengan suhu maksimum mencapai 32 C dan minimum 21,6 C. Sementara curah hujan di Sibolga cenderung tidak teratur di sepanjang tahunnya. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan November dengan jumlah 798 mm, sedang hujan terbanyak terjadi pada Desember yakni 26 hari.
    Pelabuhan laut kota Sibolga cukup ramai disinggahi kapal kapal yang akan mnuju pulau Nias.

    Demografi

    Penduduk Kota Sibolga berdasarkan perhitungan Badan Pusat Statistik Kota Sibolga Tahun 2000 adalah 87.265 jiwa. Dengan wilayah seluas 3.356,60 ha di daratan Sumatera dan urban growth seluas 644,53 ha berarti kepadatan penduduk pada wilayah pemukiman adalah 13.359 jiwa per km persegi. Sementara pertumbuhan penduduk setiap tahunnya sekitar 1,41 persen.
    Potensi utama perekonomian bersumber dari perikanan, pariwisata, jasa, perdagangan, dan industri maritim. Hasil utama perikanan, antara lain, kerapu, tuna, kakap, kembung, bambangan, layang, sardines, lencam dan teri.
    Saat ini dipimpin Walikota Sahat Pinorshinta Panggabean, sedangkan Wakil Walikota Afifi Lubis.

    Tapanuli Tengah

    Tapanuli Tengah adalah sebuah kabupaten di Sumatera Utara dengan luas wilayah 2.188 km² dan populasi 297.000 jiwa. Ibu kotanya ialah Pandan. Percepatan pembangunan dilaksanakan dengan konsep pembangunan TAPANULI GROWTH yaitu sinergi kabupaten / kota lingkup Kawasan Barat Sumatera Utara, Aceh Singkil dan Simeulue (Provinsi NAD) untuk menciptakan pola pertumbuhan kawasan yang kompetitif dengan Kawasan Industri Terpadu Labuan Angin Kabupaten Tapanuli Tengah sebagai pusat koleksi (hub) komoditas unggulan daerah.

    Masyarakat Dan Kebudayaan
    Dunia Kelautan mewarnai corak kehidupan masyarakat & kebudayaan di Teluk Tapian Nauli.
    Dari tata cara berpakaian, ekonomi dan mata pencaharian yang di geluti sehari – hari, sistem teknologi, sistem ilmu pengetahuan, ilmu sosial dan organisasi sosial serta bahasa yang dipergunakan sangat jelas menggambarkan keterikatan mereka dengan dunia laut.
    Keindahan pulaU, riak gelombang, kerap menjadi sumber inspirasi mereka dalam berkesenian atau melakukan upacara perkawinan, berpantun atau bertalibun lebih sering menggambarkan bagaimana kecintaan mereka terhadap dunia kebaharian itu.
    Wisata bahari belum begitu banyak di Sumatera Utara. Lantas, ketika orang menyebut-nyebut Pulau Poncan, kami jadi antusias melihatnya langsung. Yang pertama terbayang di benak kami adalah snorkling, diving, sea food, dan fishing. Tapi ternyata Poncan lebih dari itu.

    Berangkat dari Medan, Pulau Poncan di Sibolga bisa dicapai lewat dua jalur. Kalau ingin cepat, penerbangan reguler dari Bandara Polonia ke Bandara Pinangsori bisa jadi pilihan. Dengan pesawat, perjalanan ke Sibolga hanya memakan waktu sekitar 45 menit. Tapi kalau lewat darat, perjalanan akan molor menjadi kurang lebih 9 jam (350 km). Memang melelahkan. Keuntungannya, kita bisa menikmati keindahan alam, mulai dari Danau Toba, Salib Kasih di Tarutung, panorama air terjun, ratusan bukit, dan makanan-makanan khas lokal seperti kacang sihobuk.

    Kalau tidak berniat membawa mobil sendiri, Anda bisa memilih dua jenis angkutan darat. Yang pertama adalah taksi jenis Mitsubishi L-300. Taksi ini memuat 8 orang penumpang dengan ongkos Rp 60.000. Selain itu, bus besar juga tersedia dengan ongkos lebih murah.

    Kami memilih naik taksi L-300, berangkat malam sekitar pukul 20.30 WIB, dan baru tiba di Sibolga pukul 06.30 pagi. Kota pelabuhan itu masih dibalut selimut. Tapi aktivitas para penjual sayur dan buah sudah dimulai.

    Sibolga, sebuah kota tua yang terjepit antara perbukitan dan Samudera Hindia. Mata pencaharian utama penduduknya melaut dan berdagang. Kota ini melahirkan berbagai macam ikan asin terkenal. Kini Sibolga sedang berbenah diri menjadi kota tujuan wisata. Destinasi diperbanyak dan diperbaiki. Ketika kami menyewa satu becak keliling kota, pemilik becak sudah tahu betul harus membawa kami ke mana. Dia cukup menyenangkan dan memberi kami banyak informasi. Keliling seluruh kota, cukup hanya membayar Rp 25.000.

    Sebagai kota tua, Sibolga punya beberapa warisan yang layak dikunjungi. Anda kami rekomendasikan melihat objek wisata Tangga Seratus. Di bagian atas bukit ini, masih berdiri kokoh bangunan bekas perusahaan air minum kolonial Belanda yang dibangun tahun 1929. Sebagian bangunan ini masih dipakai PDAM Tirta Nauli Sibolga. Di atas bangunan itu ada sirene yang dipancarkan dari sebuah dinamo tua milik kolonial. Dulu, perusahaan air minum itu menggunakannya untuk memanggil para pekerja. Tapi kini sirene hanya dipakai untuk menandai buka puasa pada bulan Ramadhan. Suaranya bisa didengar seluruh penduduk kota, bahkan sampai ke beberapa daerah di Tapanuli Tengah.

    Meski namanya Tangga Seratus, tapi untuk mencapai puncak bukit, kita harus melewati 290 anak tangga. Siapkan lutut, karena Anda akan menaklukkan anak-anak tangga yang tersusun pada kemiringan 80 derajat.

    Di atas bukit, pemerintah daerah sudah membangun tempat-tempat duduk peristirahatan. Dari sana, kota Sibolga kelihatan sekali pandang. Menyenangkan sekali. Pulau-pulau dan laut bagaikan lukisan dinding.

    Selain Tangga Seratus, Sibolga juga masih memiliki beberapa bukit lengkap dengan fasilitas peristirahatannya. Bulit-bukit itu diberi tulisan raksasa di puncaknya,layaknya tulisan Hollywood di Amerika Serikat, di mana para aktris dan aktor dunia berebut peran pada film-film besar dan bersejarah. Di Sibolga, ada Tor (bukit) Simarbarimbing dan Bukit Anugerah.

    Jangan lupa mengunjungi makam tua pendiri Sibolga, rumah adat, tugu-tugu kota yang menarik, dan berbagai sudut kehidupan warga yang cukup unik. Misalnya tukang seterika jalanan, kehidupan pasar tradisional, tempat pembuatan perahu, ikan asin, dan sebagainya.

    ***

    Sebelum menuju pulau Poncan, kami diminta langsung ke Hotel Wisata Indah, satu-satunya hotel berkelas internasional di kota itu dengan panorama yang langsung ke laut. Hotel ini difasilitasi kolam renang dan taman, massage, business centre, international satellite (Indovision), international direct dialing, golf course, dan driving range.

    Kamar-kamar yang tersedia mulai dari kelas superior hingga president suite bertarif Rp 1.618.000 per malam. Dari kamar hotel, tamu bisa menikmati pemandangan laut dan suara ombak yang pecah di pantai.

    Kami tidak lama mengunjungi hotel ini karena harus segera menuju Pulau Poncan. Resepsionis hotel memandu kami ke Dermaga Lama, sekitar 150 meter dari Hotel Wisata. Selanjutnya kami dijemput dengan speed boat 40 PK yang kemudian meluncur langsung ke Pulau Poncan.

    Pagi itu tidak ada tamu lain di atas speed boat. Operator boat memberitahu bahwa kunjungan memang menurun drastis pasca tragedi tsunami. Padahal sebelumnya, Pulau Poncan sudah ramai didatangi tamu-tamu dari Medan, Jakarta, bahkan mancanegara. “Kadang-kadang, boat ini malah tidak bisa menampung tamu sekali jalan,” katanya.

    Sekitar 15 menit di atas speed boat, operator sudah menunjukkan sebuah pulau dengan pantai yang putih memanjang. Di hadapan kami, dermaga kecil dari kayu menjadi tempat sandar beberapa unit kapal dan speed boat. Di ujung dermaga, ada semacam gapura yang di atasnya tertulis: “Welcome to Sibolga Marina Poncan”. Kami telah tiba rupanya.

    ***

    Pulau Poncan adalah salah satu pulau dari ratusan pulau lain di sekitar perairan Sibolga. Pulau ini terbentang puluhan hektar, memiliki bukit dan hutan kecil yang masih asli. Bibir pulau sebagian berpasir dan sebagian lagi berbatu. Kurang gencarnya promosi membuat belum banyak orang yang tahu bahwa Poncan telah berkembang menjadi tempat kunjungan wisata bahari berfasilitas serba lengkap. Di sini ada Sibolga Marine Resort, berbintang dua, dan satu-satunya resort bahari di Sumatera Utara. Suasananya sangat asri dan ditata mirip perkampungan lokal.

    Sibolga Marine Resort dilengkapi 70 ruangan berisi berbagai fasilitas. Untuk kelas standard Rp 185.000, superior Rp 260.000 dan deluxe Rp 500.000. Tamu juga bisa melewatkan berbagai aktivitas seperti water sport shop, belanja di souvenir shop, video game room, billiard room, children playground, fishing, diving, snorkling, dan boat charter.

    Lokasi resort ini persis menghadap laut dan hanya dipisahkan pantai. Para tamu yang ingin menikmati laut dan ombak, bisa tiduran di kursi-kursi santai pinggir pantai sambil menikmati cemilan. Atau kalau lagi ingin bakar ikan, silakan lakukan sendiri di tempat barbeque yang tersedia di dekat pantai.

    Malam hari, kami sendiri memilih menikmati makan di restoran sambil minum bir. Angin sejuk datang dari arah Samudera Hindia, menembus dinding restoran yang dibiarkan terbuka tanpa sekat. Tsunami telah membuat tempat ini sunyi.

    ***

    Pulau Poncan bukan hanya tempat menikmati laut. Di sini tamu juga bisa melakukan aktivitas treking melewati hutan dan bukit yang cukup curam. Tapi jangan takut, pengelola pulau sudah membuat jalan rintisan dan tali sebagai alat bantu. Menuju puncak Poncan hanya butuh sekitar setengah jam. Itu bila Anda tidak sedang loyo.

    Hutan kecil Poncan masih menyimpan kekayaan berbagai jenis flora dan fauna. Di sana-sini masih terdapat pohon besar dan tua, parasit-parasit yang unik, kantung semar, dan tumbuhan-tumbuhan yang menjalar liar bagaikan tempat Tarzan berayun.

    Kami ingatkan, sebelum memanjat bukit, siapkanlah beberapa hal. Pertama, oleskan bagian tubuh Anda yang terbuka dengan krim anti nyamuk untuk menghindari gigitan nyamuk hutan. Pakailah sepatu yang memungkinkan Anda tidak gampang tergelincir. Bawa minuman, dan jangan tinggalkan kamera di kamar, karena sesuatu yang indah menunggu jepretan Anda di atas sana.

    Setelah melewati hutan kecil, kami sampai di atas. Sebagaimana diberitahukan pengelola resort sebelumnya, kami menemukan lobang-lobang bekas bunker tentara Jepang. Rupanya pulau ini sangat penting untuk memenangkan pertempuran. Ada lima bunker yang kami temukan, dan satu sama lain tampaknya saling terhubung lewat terowongan-terowongan sempit. Hanya cocok untuk ukuran badan orang Jepang zaman dulu. Bunker-bunker berdiameter 3 sampai 5 meter, terdiri dari tempat pengintaian, perbekalan, dan lobang-lobang yang saling menghubungkan kelimanya. Sayang, lobang-lobang itu belum direkonstruksi sehingga tidak bisa dimasuki sebagaimana lobang buatan Jepang di Bukit Tinggi, Sumatera Barat.

    Usai berurusan dengan bunker tentara Jepang, kami menikmati pemandangan lepas dari puncak Poncan ke berbagai penjuru dunia. Apa yang tampak di sekeliling kami adalah pulau-pulau yang berlapis, gugusan perbukitan, mulai dari yang hijau sampai yang membayang di kejauhan. Ada sensasi tersendiri ketika kita berdiri di satu tempat dan pulau Sumatera hanyalah sebuah latar. Dan hanya kamera Andalah yang bisa menceritakannya pada orang lain.

    Di sekeliling pulau, kapal-kapal besar dan kecil lalu lalang. Nelayan mencari hidup. Berbagai jenis alat tangkap, baik yang statis maupun bergerak dapat disaksikan dengan jelas.

    ***

    Perjalanan belum selesai. Tujuan tidak berhenti di Poncan saja. Sebenarnya banyak pulau di perairan Sibolga yang menarik untuk dikunjungi. Tapi semuanya tidak bisa dilakukan sekali jalan. Pada kunjungan kali ini, kami memilih beberapa pulau yang paling sering memikat hati tamu.

    Salah satu yang paling populer adalah pulau Mursala, salah satu pulau terbesar di gugusan itu. Dari Poncan kami menaiki speed boat. Sebenarnya waktu tempuh ke sana hanya butuh satu jam, tapi karena keberangkatan kami siang dan menentang angin laut, perjalanan jadi sedikit agak lama.

    Pulau Mursala punya anak-anak pulau seperti pulau Putih dan Canggi. Pulau-pulau ini berdekatan dan memiliki perairan yang sangat jernih. Mandi, snorkling, atau memancing menjadi kegiatan yang menarik. Di pulau Putih sudah dibangun pondokan-pondokan lengkap dengan air bersih dan tempat-tempat barbeque sea food. Pengunjung juga bisa minum air kelapa muda dengan cara memetiknya sendiri. Kelapa-kelapa hibrida itu sengaja ditanam untuk para tamu.

    Menurut legenda masyarakat setempat, dulunya pulau Mursala dan pulau Putih dihuni oleh seorang putri yang ditemani seekor anjing penjaga. Sedangkan pulau Canggi dihuni seseorang bernama Canggi dengan seekor buaya peliharaannya.

    Pulau Mursala adalah pulau yang subur dengan kekayaan alam yang melimpah. Sementara pulau Canggi sangat sempit san gersang. Suatu hari, Canggi menyuruh buaya sakti peliharaannya mengambil sesuatu dari pulau itu. Tapi anjing pengawal memergokinya dan terjadi perkelahian sengit di antara dua binatang pengawal itu. Pada akhir perkelahian, sang anjing sudah kewalahan dan berniat melarikan diri. Tapi buaya tidak membiarkannya. Ketika anjing hampir berhasil diterkamnya, tiba-tiba sesuatu terjadi. Kedua hewan itu tak dapat bergerak dan lama kelamaan menjadi batu.

    Kedua binatang yang telah jadi batu itu masih tampak sampai sekarang. Posisinya mirip buaya yang sedang menerkam anjing. Uniknya, lokasi di sekitar batu itu selalu bersih sampai sekarang, meski sekitarnya penuh dengan daun-daun hutan yang lebat. Legenda ini masih hidup di tengah masyarakat lokal, dan sebagian mereka masih percaya pulau itu menyimpan banyak emas perhiasan milik sang putri.

    Mengelilingi pulau Mursala dengan speed boat berkekuatan 40 PK membutuhkan waktu berjam-jam. Bagian yang menarik dari pulau ini adalah air terjun. Dari cerita penduduk, air terjun itu mengalir dari sebuah waduk yang mirip baskom di atas bukit. Di sepanjang aliran air terjun itu ada bagian yang membentuk sungai tawar, dan di dalamnya hidup ikan jurung yang lezat.

    Air terjun ini pun punya cerita sendiri. Konon, tempat ini bisa mengabulkan jodoh bagi para lajang dan gadis. Tapi jodohnya baru akan terkabul apabila seseorang dapat menemukan tujuh jenis jeruk di sekitarnya. Tentu saja ini hanya kepercayaan lama. Hingga sekarang, belum semua bagian dari pulau Mursala tereksplorasi sebagai kunjungan wisata.

    Ketika menuju pulang, kami masih sempat mengunjungi pulau Situngkus. Pulau ini, meski kecil, tapi punya keunikan sendiri. Prototipnya lebih banyak berbatu, nyaris vertikal dan cukup tinggi. Bila waktu liburan Anda lebih panjang, Andalah yang meneruskan ke pulau-pulau lainnya.