-->

Translate

Senin, 25 Juni 2012

Sumatera Barat




Kota Padang adalah kota terbesar di pesisir barat pulau Sumatera dan merupakan ibu kota provinsi Sumatera Barat, Indonesia.
Sejak masa kolonial Hindia-Belanda, kota Padang telah menjadi pelabuhan utama dalam perdagangan emas, teh, kopi, dan rempah-rempah. Memasuki abad ke-20, ekspor batu bara dan semen mulai dilakukan melalui pelabuhan Teluk Bayur.
Nama kota ini menjadi asal sebutan lain untuk kelompok etnik Minangkabau, dan juga digunakan untuk menyebut masakan khas mereka yang pada umumnya dikenal dengan nama Masakan Padang.
Saat ini kota Padang menjadi pusat perekonomian karena memiliki pendapatan per kapita tertinggi di Sumatera Barat, serta juga menjadi pusat pendidikan dan kesehatan, disebabkan jumlah perguruan tinggi dan fasilitas kesehatan yang ada di kota ini, dibandingkan kota-kota lain di Sumatera Barat.



Lembah Harau

Pesona lembah sempit atau yang lebih dikenal dengan nama Lembah Harau, memang tiada duanya. Seperti cerita dongeng saja, semua keindahannya terpampang nyata di depan mata Anda. Luar biasa...!!! Demikian ungkapan yang terlontar bila Anda baru kali pertama mengunjungi Lembah Harau.


Lembah Harau merupakan salah satu obyek wisata yang terdapat di provinsi Sumatera Barat. Lembah Harau terletak di Kabupaten Lima Puluh Koto, sekitar 15 kilometer dari Payakumbuh atau 47 km timur laut Bukittinggi, Sumatra Barat. Lokasi ini mudah dijangkau dengan kendaraan umum.
Obyek Wisata di Lembah Harau ini berupa tebing-tebing terjal yang kemiringannya hampir 90 derjat dengan permukaan tanah atau mungkin ada yang 90 derjat. Selama perjalanan, kita dapat menjumpai tebing - tebing granit unik yang menjulang antara 80 sampai 300 meter, serta kita akan menemukan jurang besar dengan diameter mencapai 400 meter. Pasti...kita akan menemukan banyak keindahan yang memukau sepanjang jalan.
Dinding batu alam seperti Lembah Harau memang sangat jarang ditemukan di dunia. Banyak orang yang suka membanding-bandingkan Lembah Harau dengan Grand Canyon di Amerika Serikat. Padahal dua lokasi wisata ini memiliki perbedaan yang jauh. Walaupun sama-sama memiliki keajaiban alam yang mirip, tapi Grand Canyon tidak punya lembah datar yang dihiasi persawahan.

Memasuki objek wisata yang berlokasi di Kabupaten 50 Kota, Sumatera Barat, kita seakan dibawa ke dunia lain yang sungguh memukau. Di dasar tebing, bentangan sawah dan pepohonan hijau lagi rimbun membuat pesona Lembah Harau makin memukau. Padi menguning di antara dua tebing. Plus udara yang segar dan alamnya yang damai.., membuat siapa saja yang berkunjung akan semakin terpesona. Indah untuk dilukiskan...
Lembah Harau ini juga terbagi 2 daerah wisatanya yaitu Sarasah Bunta dan Aka Barayun. Di Sarasah Bunta terdapat 5 buah air terjun, dan di Aka Barayun cuman ada 1 air terjun. Air Terjun di Lembah Harau ini sangat jernih dan dingin, dan juga ada ikan-ikan kecil. Untuk air terjun di Aka Barayun sudah berupa kolam, dengan air yang bening sehingga jika kita tidak ikut "nyemplung" atau minimal merendamkan kaki dan berenang, kita akan rugi. Betapa nyaman dan sejuknya perasaan berlama-lama berada disekitar air terjun yang masih sangat alami ini...hmmm...SO FRESH....


Sedangkan yang di Sarasah Bunta penampungan air terjunnya masih alami sehingga bermain di air terjunnya jadi lebih asyik.Jika merasa bosan dengan air terjun doank, sebaiknya memilih lokasi ke Akar Berayun karena disana fasilitas lebih lengkap dan disana juga sudah dilengkapi oleh Cottage/Resort.

Kedua mata kita tidak akan beranjak dan bergeming memandangi keindahan dan keagungan ciptaan Allah ini. Sungguh. serasa kecil kita ini di hadapan ciptaanNya yang Maha Besar. Air terjunnya, luar biasa tinggi dan indah. Tak ingin rasanya kaki beranjak pulang meninggalkan air terjun ini.





Danau Maninjau 

Danau Maninjau adalah sebuah danau vulkanik yang terletak di Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam, Provinsi Sumatra Barat, Indonesia. Danau dengan luas sekitar 99,5 km2 dengan kedalaman mencapai 495 meter ini merupakan danau terluas kesebelas di Indonesia, dan terluas kedua di Sumatra Barat setelah Danau Singkarak yang memiliki luas 129,69 km² yang berada di dua kabupaten yaitu Kabupaten Tanah Datar dan Kabupaten Solok.

Asal Usul Danau Maninjau

Alkisah, di sebuah desa di daerah Sumatera Barat hiduplah 10 orang bersaudara. 9 diantaranya adalah laki-laki yang sering disebut Bujang Sambilan. Sedangkan yang paling bungsu adalah seorang perempuan bernama Siti Ransani yang sering dipanggil Sani. Mereka semua adalah anak yatim piatu. Walaupun begitu mereka merupakan tanggung jawab dari “mamak” mereka. Suatu hari, Mamak mereka datang ke rumah mereka dengan membawa anaknya,Giran. Sejak pertama kali Giran dan Sani bertemu, mereka langsung jatuh cinta pada pandangan pertama. Setelah pertemuan itu merekapun sering bertemu. Dan akhirnya Giran pun menyatakan perasaan cintanya kepada Sani. Dan Sani pun merasakan hal yang sama hingga akhirnya mereka berduapun berpacaran.

Suatu hari di adakan pertunjukkan pencak silat yang diadakan di Balai Desa. Semua orang berbondong-bondong ke Balai Desa untuk menyaksikannya. Pertandingan awal dimulai dengan pertandingan antara kakak sulung Sani, Kukuban, melawan pesilat dari kampung sebelah. Pertandingan berjalan seru dan akhirnya

Kukuban meraih kemenangan. Di pertandingan selanjutnya Kukuban terus menampakkan ketangguhannya. Semua pesilat tidak ada yang menang melawan Kukuban. Hingga akhirnya Kukuban harus melawan Giran. Mereka berdua merupakan pesilat yang tangguh. Tetapi, beberapa saat kemudian Kukuban menerima serangan yang tiada henti dari Giran dan akhirnya Giran pun menang. Kukuban pun harus menerima kekalahannya di sertai dengan kaki kirinya yang patah.


Beberapa bulan kemuadian, Mamak dan Giran datang ke rumah Sani untuk melamar Sani. 8 kakak Sani sudah setuju, namun Kukuban tidak. Ia masih merasa dendam atas kekalahannya dari Giran. Dan ia pun tidak menerima lamaran Giran. Sani yang mendengar hal itu pun merasa sedih. Lalu Giran dan Sani berencana untuk bertemu.mereka pun bertemu di pinggir sungai. Tiba-tiba paha Sani terkena duri, Giran pun dengan cepat mengobatinya.

Tanpa mereka sadari, banyak warga yang mengawasi tindak tanduk mereka dari tadi. Warga pun mengira mereka berdua telah melakukan hal yang tidak pantas dilakukan oleh orang yang belum menikah. Mereka berdua pun langsung diadili di Balai Adat. Dan mereka harus dihukum dengan dibuang ke Gunung Tinjau yang konon katanya untuk membuang sial.Mereka pun beramai-ramai mengantar Giran dan Sani ke kawah Gunung Tinjau. Sesampainya di sana, Giran pun berdoa, “ Kalau kami memang salah maka badan kami akan hancur di kawah gunung ini. Tapi jika kami tidak bersalah, seluruh isi kawah ini akan hancur dan Bujang Sambilan akan berubah menjadi ikan. Kabulkanlah doa hamba ini ya Tuhan.” Lalu Giran dan Sani pun melompat ke kawah itu. Semua orang yang menyaksikan merasa tegang menanti apa yang akan terjadi. Tiba-tiba seluruh isi kawah itu keluar menghancurkan semuanya. Semua orang yang ada di sana tidak dapat menyelamatkan diri. Bujang Sambilan pun berubah menjadi ikan seketika.


Konon, letusan Gunung Tinjau itu menyisakan kawah yang luas dan lama-kelamaan berubah menjadi danau. Oleh masyarakat sekitar, nama gunung itu kemudian diabadikan menjadi nama danau, yakni Danau Maninjau. Sementara nama-nama tokoh yang terlibat dalam peristiwa itu diabadikan menjadi nama nagari di sekitar Danau Maninjau, seperti Tanjung Sani, Sikudun, Bayua, Koto Malintang, Koto Kaciak, Sigalapuang, Balok, Kukuban, dan Sungai Batang. Itulah asal muasal terjadinya Danau Maninjau yang berada di Sumatera Barat.
Sebagai daerah yang terletak pada posisi yang strategis dalam wilayah propinsi Sumatera Barat, Danau Maninjau banyak menyimpan berbagai potensi keindahan alam dan budaya, Natural and freshly, serta kegiatan seni dan budaya yang unik dan menarik merupakan salah satu yang dapat dibanggakan apalagi didukung oleh kultur masyarakat orang Agam yang ramah-ramah.  Kerajinan rakyat dan hasil berbagai kelompok yang bersifat kerajinan tradisional yang masih memakai hand made (buatan tangan) baik tenun bordir, sulaman, pandai besi, perak, emas secara apik dan indahnya bukan main yang secara turun temurun dikerjakan oleh anak nagari.

Saat ini, objek wisata yang paling banyak dikunjungi wisatawan domestik maupun mancanegara adalah Puncak Lawang yang berada di atas ketinggian ± 1.210 m diatas permukaan laut. Pada zaman penjajahan Belanda. Puncak Lawang sudah dijadikan sebagai tempat peristirahatan bagi kaum bangasawan Belanda saat itu. Dari sini kita dapat menikmati kawasan Danau Maninjau dan juga Samudra Indonesia. Dan disebabkan tempatnya yang berada di atas ketinggian serta pemandangannya yang begitu memukau, maka saat ini kawasan Puncak Lawang dikembangkan sebagai lokasi Take Off Olah Raga Dirgantara Paralayang (Paragliding). Sambil melayang-layang bebas di udara dan menjelang mendarat di Bayur, tepian Danau Maninjau, dari udara kita dapat menikmati keindahan Danau Maninjau yang tiada duanya di dunia ini.
Tidak jauh dari Puncak Lawang, anda juga bisa menikmati panorama yang indah dari Embun Pagi. Disini, sesuai dengan namanya, suasananya selalu bagaikan kita berada di pagi hari. Sejuk dan nyaman. Objek wisata Embun Pagi, terletak tidak seberapa jauh dari objek wisata danau Maninjau dan juga berada pada ketinggian sekitar ± 1.000 M dari permukaan laut, dan memberikan kebebasan pada Anda untuk melayangkan pandangan menikmati keindahan alam sekitarnya. Dari Embun pagi ini, bila anda turun menuju Danau Maninjau dengan kendaraan pribadi atau bus umum, maka anda akan melewati kawasan Kelok Ampek Puluah Ampek. Kawasan ini diberi nama Kelok Ampek Puluah Ampek, dalam bahasa Indonesianya tikungan 44, karena memang menjelang kita sampai di Danau Maninjau, kita akan melalui tikungan tajam sebanyak 44 kali. Pada tiap tikungan yang tajam itu, selalu diberi tanda sudah berapa tikungan yang kita lewati, dan semua tikungan itu berjumlah 44 buah.

Selain tempat-tempat wisata di atas, tak lengkap rasanya jika anda tidak mengunjungi sebuah kolam yang memiliki air dengan tiga rasa ini, yaitu manis, asam dan pahit. Tempat wisata ini dikenal dengan nama Air Tigo Raso. Kolam air Tigo Raso yang terletak di Kota Malintang ini, diyakini oleh masyarakat setempat memiliki kekuatan gaib. Masyarakat mempercayai bahwa airnya dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit kulit. Dan yang utama, air ini diyakini bisa membuat Anda awet muda.

Rumah Gadang

Rumah Gadang atau Rumah Godang adalah nama untuk rumah adat Minangkabau yang merupakan rumah tradisional dan banyak di jumpai di provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Rumah ini juga disebut dengan nama lain oleh masyarakat setempat dengan nama Rumah Bagonjong atau ada juga yang menyebut dengan nama Rumah Baanjung..
Rumah dengan model ini juga banyak dijumpai di Negeri Sembilan, Malaysia. Namun demikian tidak semua kawasan di Minangkabau (darek) yang boleh didirikan rumah adat ini, hanya pada kawasan yang sudah memiliki status sebagai nagari saja Rumah Gadang ini boleh didirikan. Begitu juga pada kawasan yang disebut dengan rantau, rumah adat ini juga dahulunya tidak ada yang didirikan oleh para perantau Minangkabau.















Talempong

Talempong merupakan alat musik tradisional yang berasal dari Minangkabau Sumatera Barat. Alat musik tersebut termasuk dalam alat musik pukul seperti halnya Gamelan yang ada di Jawa. Bahkan bentuknya pun juga hampir sama dengan Gamelan. Saat ini Talempong yang ada dimasyarakat kebanyakan terbuat dari kuningan meskipun masih ada juga Talempong yang terbuat dari kayu maupun batu.  Talempong biasanya berbentuk lingkaran dengan diameter 15 sampai 17,5 sentimeter, pada bagian bawahnya berlubang sedangkan pada bagian atasnya terdapat bundaran yang menonjol berdiameter lima sentimeter sebagai tempat untuk dipukul.


SEJARAH TABUIK

Tradisi budaya adalah ciri khas di dalam suatu daerah itu sendiri, di negara kita Indonesia banyak terlahir macam – macam budaya nan unik dan beragam. Setiap daerah dan setiap suku di Indonesia mempunyai tradisi yang berbeda di setiap tempatnya.
Di Padang Sumatra Barat terdapat tradisi yang biasa dilakukan atau diperingati oleh masyarakat Padang, yaitu tradisi Tabuik. Seperti di Bali kalau sudah memasuki bulan peringatan- peringatan pasti di daerah itu akan ramai dipadati masyarakat, begitu pula di daerah Padang Sumatra Barat, apabila sudah memasuki bulan tabuik yang jatuh pada tanggal 1-10 muharram, masyarakat biasanya beramai – ramai memenuhi tempat pengadaan tabuik tersebut untuk menonton ritual yang sangat menarik ini dan hanya terjadi setahun sekali.
Ritual tabuik diperingati untuk mengenang Hasan dan Husein, Hasan dan Husein adalah cucu nabi Muhammad SAW yang berperang melawan kaum yahudi di padang karbala, sampai – sampai kepalanya terpenggal dan meninggal, kepala yang terpenggal dan jatuh ketanah di tendang- tendang layaknya permainan bukan melainkan organ tubuh manusia. Dan konon dari situlah sejarah permainan sepak bola yang sampai saat ini menjadi salah satu permainan olahraga yang sangat digemari oleh kebanyakan kaum lelaki.
Sebenarnya tradisi ini berasal dari kaum Syiah di Irak, dan meluas keberbagai negara islam. Di Indonesia tidak hanya di peringati di Padang tetapi juga di Bengkulu, tapi cara dari masing – masing daerah berbeda.
Ritual tabuik ini biasa dikenal dengan ritual tolak bala, tabuik biasanya diadakan di pantai Gondoriah. Tabuik mempunyai bentuk kuda yang mempunyai kepala manusia (perempuan cantik) yang berambut panjang dan berbadan kuda bersayap seperti ‘Bouraq’ yang di percaya sebagai pembawa arwah dari Hasan dan Husein ke surga, dengan dua buah peti jenazah yang berumbul-umbul berbentuk payung mahkota. Tabuik mempunyai tinggi antara 10-15 meter.
pembuatan tabik tersebut melibatkan 2 desa, satu daerah pantai dan desa yang satu lagi di daratan. Mereka saling mengambil peralatan ketempat lawan dan tidak boleh dari daerah asal, peralatan itu adalah tanah untuk muka dan batang pisang untuk badan dari patung atau boneka itu. Dan cara pengambilan peralatan harus sembunyi- sembunyi dari lawan tidak boleh terlihat oleh lawan.
Puncak dari ritual Tabuik pada saat bertemunya Tabuik pasa dan Tabuik subarang. Kedua tabuik di arak dengan cacian dari kedua belah pihak dan dipertunjukan debus ala Padang serta musik tambur dan gendang tasa, dan ketika hari sudah petang Tabuik digotong ke arah pantai Gondoriah, dan menjelang matahari terbenam boneka tabuik itu dibuang ke dalam laut. Konon dari cerita masyarakat Padang, setelah tabuik dibuang ke laut, saat itulah kendaraan bouraq membawa segala arak-arakan terbang ke langit (surga).

Silek Harimau

Mid Djamal dalam bukunya tahun 1986 menyebutkan pendiri Silek adalah Datuak Suri Dirajodi Pariangan, Padang Panjang sekitar tahun 1119.  Ia dibantu beberapa rekannya yang datang dari luar negeri, yaitu Kambiang Utan (diduga dari Kamboja), Harimau Champo (diduga dari Champa), Kuciang Siam (diduga dari Siam atau Thailand), dan Anjiang Mualim (Diduga dari Persia).

Silek Harimau adalah seni bela diri yang berasal dari  Minangkabau. Gerakan silek menyerupai teknik dan filosofi harimau ketika menyerang mangsanya. Salah satu cirinya dapat dilihat melalui teknik tangan terbuka yang meniru cakar harimau.

Nama Minangkabau sendiri berasal dari dua kata, minang dan kabau. Kata ini mempresentasikan harga diri dan kelompok etnis matrilineal adat dataran tinggi di Sumatera Barat. Sebagai kelompok etnis matrilineal terbesar di dunia, anak lelaki masyarakat Minangkabau belajar bagaimana hidup di luar kampung halaman saat usianya cukup dewasa. Hal ini dikenal sebagai tradisi merantau yang bertujuan mencari kehidupan lebih baik sekaligus mendapatkan pengetahuan dan pengalaman. Masyarakat Minangkabau memegang nilai penting bagaimana cara melindungi diri dan tanah kelahiran mereka melalui ilmu bela diri ini.

Nama Minangkabau juga dikaitkan dengan suatu legenda khas Minang. Konon pada suatu masa ada kerajaan asing (diduga Majapahit) yang datang dari laut akan melakukan penaklukan. Untuk mencegah pertempuran, masyarakat setempat mengusulkan untuk mengadu kerbau. Pasukan asing tersebut menyetujui dan menyediakan seekor kerbau yang besar dan agresif sedangkan masyarakat setempat menyediakan seekor anak kerbau yang lapar yang dipasang pisau pada tanduknya.

Saat pertarungan, anak kerbau yang lapar tersebut menyangka kerbau besar itu induknya sehingga langsung berlari mencari susu sambil menanduk dan mencabik-cabik perut kerbau besar lewat pisau di tanduknya. Kemenangan itu menginspirasikan masyarakat setempat untuk memakai nama Minangkabau yang berasal dari kata 'Manangkabau' dan berarti ‘menangkerbau’. Nama Minangkabau juga digunakan untuk menyebut sebuah nagari, yaitu Nagari Minangkabau yang terletak di Kecamatan Sungayang, Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat.




Seni Tari

Secara keseluruhan seni tari Sumatera Barat berasal dari adat budaya etnis Minangkabau dan etnis Mentawai. Kekhasan seni tari Minangkabau umumnya dipengaruhi oleh agama islam, keunikan adat kebiasaan merantau masyarakatnya juga memberi pengaruh besar dalam jiwa sebuah tari tradisi yang bersifat klasik, diantaranya adalah:
 

Dalam bahasa Minangkabau disebut dengan Tari Piriang, disebut dengan tari piring karena para penari saat menari membawa piring.
Pada awalnya tari piring diciptakan untuk memberi persembahan kepada para dewa ketika memasuki masa panen, tapi setelah datangnya agama islam di Minangkabau tari piring tidak lagi untuk persembahan para dewa tapi ditujukan bagi majelis-majelis keramaian yang dihadiri oleh para raja atau para pembesar negeri. Tari piring juga dipakai dalam acara keramaian lain misalnya seperti pada acara pesta perkawinan.
Mengenai waktu kemunculan pertama kali tari piring ini belum diketahui pasti, tapi dipercaya bahwa tari piring telah ada di kepulaian melayu sejak lebih dari 800 tahun yang lalu. Tari piring juga dipercaya telah ada di Sumatra barat dan berkembang hingga pada zaman Sri Wijaya. Setelah kemunculan Majapahit pada abad ke 16 yang menjatuhkan Sri Wijaya, telah mendorong tari piring berkembang ke negeri-negeri melayu yang lain bersamaan dengan pelarian orang-orang sri wijaya saat itu. Pada Seni tari piring dapat dilakukan dalam berbagai cara atau versi, hal itu semua tergantung dimana tempat atau kampung. Namun tidak begitu banyak perbedaan dari Tari Piring yang dilakukan dari satu tempat dengan tempat yang lainnya, khususnya mengenai konsep, pendekatan dan gaya persembahan. Biasanya menjelang hari persembahan, para penari Tari Piring harus memutuskan jumlah piring yang akan digunakan dan memastikan agar piring-piring yang mereka akan gunakan berada dalam keadaan baik. Piring yang retak atau sumbing harus digantikan dengan yang lain, agar tidak membahayakan diri sendiri atau orang ramai yang menonton
Salah satu tari klasik dari Daerah Minang dan menggambarkan kasih sayang seorang kekasih yang dilambangkan dengan melindungi dengan payungnya. Tarian ini memang merupakan tari pergaulan muda-mudi sehingga dibawakan secara berpasang-pasangan. Selain menggunakan payung sebagai alat bantu yang dimainkan oleh penari pria, bisa juga ditambah dengan selendang untuk penari wanita. Musiknya cukup variatif, mulai dari agak pelan, lalu agak cepat dan cepat, sangat dinamis. Tari ini biasa dibawakan untuk memeriahkan acara pesta, dan pameran.

1 komentar:

  1. Boleh fotonya (tari-piring1.jpg) saya pakai untuk pembuatan kalender dikantor saya, kebetulan tahun ini temanya tari2an tradisional dari Indonesia dan salah satunya Tari Piring yang berasal dari daerah Sumatera Barat. Nantinya blogspot Bapak akan saya cantumkan didalam foto tersebut.

    BalasHapus